Kepala Perpusnas: Perpustakaan Benteng Masyarakat dari Hoaks
Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Fernan Rahadi
Gedung Perpusnas | Foto: Diwangkoro Arsitek
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Perpustakaan Nasional Republika Indonesia (Perpusnas RI), Muhammad Syarif Bando, menilai penting bagi orang dewasa untuk menunjukkan betapa penting pustaka perpustakaan sebagai referensi bagi anak-anak. Terlebih, saat ini generasi penerus bangsa tengah dihadapkan dalam era gempuran media sosial dengan berita yang simpang siur.
"Kita sebagai orang dewasa memang harus menunjukkan betapa penting pustaka perpustakaan sebagai referensi bagi anak-anak. Terutama dalam era gempuran media sosial dengan berita yang sangat tidak pasti," jelas Syarif Bando dalam rangkaian kegiatan Konferensi Internasional Kepala Perpusnas di Asia dan Oseania atau CDNLAO ke-28 di Gedung Perpusnas RI, Jakarta, Selasa (25/10/2022).
Menurut dia, segala berita yang dilemparkan di media sosial sulit untuk diketahui kebenaran maupun kesalahannya. Hanya dengan perpustakaanlah berita-berita yang benar maupun yang salah dapat di-filter. Syarif Bando mengatakan, perpustakaan sejatinya adalah benteng masyarakat dari hoaks.
"Hanya dengan perpustakaanlah kita bisa mem-filter mana berita yang benar dan mana berita yang salah. Sehingga kami berani mendeklrasikan, perpustakaan sejatinya adalah benteng hoaks," jelas Syarif Bando.
Dia juga menerangkan agenda fundamental yang Perpusnas RI miliki untuk mengajak anak-anak mencintai perpustakaan. Di antaranya, Perpusnas RI memiliki program 99 cara membuat anak keranjingan membaca dan 50 langkah untuk menjadikan perpustakaan sebagai pedoman bagi masyarakat untuk melakukan aktivitasnya.
"Memang ada agenda-agenda yang sangat fundamental untuk mengajak anak-anak mencintai perpustakaan," jelas Syarif Bando.
Pada kesempatan itu hadir pula Manajer IFLA Regional Asia-Oseania, Lin Lin Soh. Terkait buku, Lin mengatakan, buku adalah media yang dapat digunakan untuk 'kabur' ke dunia lain. Buku juga dapat membantunya untuk melakukan refleksi terhadap berbagai hal.
"Buku bagi saya adalah tempat untuk kabur ke dunia lain. Dan buku juga bisa membantu saya untuk merefleksikan," kata Lin.
Sementara itu, terkait agenda Konferensi CDNLAO ke-28, dia menilai Perpusnas RI sudah sangat baik melaksanakannya. Lewat kegiatan itu perpustakaan-perpustakaan di Asia-Oseania dapat bertukar pandangan atas apa saja yang terjadi di negara masing-masing.
"Indonesia sebagai contoh, banyak kerja yang sangat baik. Terutama dalam melakukan pelatihan terhadap orang-orang, mengajarkan kemampuan baru, dan membantu orang-orang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik," kata Lin.