Rabu 26 Oct 2022 12:10 WIB

Di Balik Tembok Penjara, Bima Sakti Berlatih Mandiri dengan Eco Farming

KPI RU VI Balongan menjadi pembina/fasilitator dalam program integrated eco farming.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Seorang WBP menunjukkan bibit sayuran di area eco farming Lapas Indramayu.
Foto: Lilis Sri Handayani/Republika
Seorang WBP menunjukkan bibit sayuran di area eco farming Lapas Indramayu.

REPUBLIKA.CO.ID, Ribuan lalat Black Soldier Fly (BSF) beterbangan di sebuah kandang yang berdinding kain kasa berwarna hijau. Kandang itu terletak di salah satu sudut area eco farming di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Kabupaten Indramayu.

Di dalam kandang berukuran sekitar 2,5 X 1,5 meter dan bertuliskan ‘Bantuan Pertamina RU VI Balongan’ itu, juga terdapat sejumlah tumpukan potongan kayu. Di sela tumpukan kayu itulah lalat-lalat BSF menyimpan telur mereka.

Seorang pria muda berkaos biru melepaskan telur lalat yang menempel di antara potongan kayu tersebut. Telur yang berwujud seperti bubuk yang menggumpal itu dipindahkan dengan hati-hati ke sebuah wadah biopond dan ditutup dengan kasa hijau.

"Telur ini jumlahnya ratusan. Nanti setelah dua sampai empat hari, telur akan menetas menjadi larva," ujar pria muda yang bernama Syukur (25 tahun), Selasa (25/10/2022).

Syukur merupakan salah seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Indramayu. Sejak 2021 lalu, dia ikut mengelola eco farming tersebut bersama 11 WBP lainnya. Mereka membentuk kelompok Bima Sakti, kependekan dari Bina Masyarakat Peduli Keanekaragaman Hayati.

Nama Bima Sakti diberikan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VI Balongan, yang menjadi pembina dan fasilitator mereka dalam program integrated eco farming (pertanian terpadu ramah lingkungan) tersebut.

Syukur pun menunjukkan sejumlah biopond lainnya yang berisi larva, atau yang disebut maggot, yang telah berumur lima hari. Bentuknya seperti ulat berwarna putih kecoklatan, dengan panjang sekitar satu Sentimeter.

Ada beberapa unit biopond di area eco farming tersebut. Selain terbuat dari wadah plastik, adapula yang berbentuk seperti bak-bak penampung di dasar lantai. Semuanya berisi maggot dengan umur yang bervariasi.

Seorang rekan Syukur terlihat sedang memberi makan maggot-maggot yang terus bergerak dengan aktif di dalam bak biopond. Makanan maggot itu berupa sampah organik, di antaranya berupa nasi dan roti basi yang sudah dihaluskan. Aroma busuk pun menyeruak dari sampah tersebut.

"Sampah organik itu kami peroleh dari bagian dapur lapas," ujar Syukur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement