REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations, Prof Din Syamsuddin, menyatakan pandemi Covid-19 merupakan kejadian luar biasa yang perlu dijadikan pelajaran.
Untuk itu, kata dia, umat berbagai agama harus mengambil hikmah dari musibah tersebut, yaitu membangun solidaritas atas dasar persaudaraan kemanusiaan.
Hal itu dikatakan Din Syamsuddin dalam pidatonya sesi tentang Pelajaran dari Pandemi (Lessons from the Pandemic), Konferensi Internasional Komunitas Sant'Egidio di Roma, Selasa (25/10/2022).
Prof Din mengatakan, pandemi adalah bentuk musibah yang merupakan takdir Ilahi tapi merupakan akibat ulah insani. Dia pun mengutip ayat Alquran Surat Ar Rum ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Guru besar politik Islam global Fisip UIN Jakarta ini menuturkan, kolaborasi lintas agama adalah suatu keniscayaan.
Karena, menurut dia, tidak ada satu kelompok agama yang bisa mengatasi masalah sendiri, tapi harus dalam bentuk kerja sama.
Kolaborasi Lintas Agama, menurut mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, tidak berarti mencampuradukkan keyakinan agama-agama, tapi kolaborasi mengambil bentuk kerja sama kemanusiaan. Sejatinya, agama diturunkan untuk umat manusia dan kemanusiaan.
Menurut Prof Din, kolaborasi lintas agama bukanlah hal baru. Umat berbagai agama sudah banyak bekerja sama, seperti di Indonesia Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) sudah sering bekerja sama dengan Catholic Relief Service, World Vision (Protestan), Buddha Tzechi, dan lain-lain, khususnya dalam penanggulangi bencana alam.
"Kini saatnya, umat berbagai agama perlu mengembangkan kerja sama dalam menanggulangi akibat pandemi, dan membangun peradaban dunia baru pascapandemi," ujar Chairman of World Peace Forum (Forum Perdamaian Dunia) ini dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/10/2022).
Konferensi tahunan ini mengangkat tema The Cry for Peace/Il Grido della Pace (Jeritan untuk Perdamaian) dihadiri 300 peserta dari berbagai agama dari banyak negara, dan ribuan pengembira anggoat Komunitas Sant'Egidio dari berbagai negara. Dari Indonesia juga turut hadir Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH Marsudi Masyhudi.
Acara pembukaan yang berlangsung di La Nuvola atau Rome Convention Centre juga dihadiri Presiden Italia Sergio Mattarella dan Presiden Perancis Emmanuel Macron, serta Sekjen Liga Muslim Sedunia, Muhammad Abdul Karim Al-Isa.
Kedua presiden juga menyampaikan bahwa agama sangat diperlukan pada masa sekarang ini, khususnya pada masa pascapandemi.