REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Sebuah laporan dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang baru saja diterbitkan mengungkapkan, suhu bumi akan meningkat 2,1 hingga 2,9 derajat celcius pada akhir abad ini. Laporan itu menyebut, upaya negara-negara untuk mengurangi gas rumah kaca belum cukup guna menghindari bencana pemanasan global.
Kesimpulan tentang peningkatan suhu bumi diperoleh UNFCCC setelah menganalisis semua rencana iklim nasional atau dikenal sebagai nationally determined contributions (NDC) yang diajukan sejak 2015. "Kabar baiknya, proyeksi menunjukkan emisi tidak akan meningkat setelah 2030. Kabar buruknya, mereka masih belum menunjukkan tren penurunan cepat yang menurut para ilmuwan diperlukan dekade ini,” kata sekretaris eksekutif perubahan iklim PBB Simon Stiell kepada wartawan, Rabu (26/10/2022), dilaporkan Bloomberg.
Meskipun ada beberapa kemajuan pada tahun lalu, negara-negara perlu berbuat lebih banyak pada 2030 guna memastikan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celcius dan idealnya mendekati 1,5 derajat celcius. Angka tersebut turut ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris yang diadopsi pada 2015.
Ilmuwan-ilmuwan iklim memperkirakan, emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia perlu dikurangi setengahnya pada akhir dekade ini. Sementara separuh lainnya harus dilenyapkan pada pertengahan abad guna menjaga pemanasan di bawah 2 derajat celcius pada 2100.
Jika suhu bumi memanas melampaui ambang batas tersebut, bencana besar akan timbul. Menurut United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change, pemanasan 1,1 derajat celcius hari ini di atas masa pra-industri telah mengakibatkan perubahan yang tidak dapat diubah.
Peristiwa cuaca ekstrem telah membuat jutaan orang rentan terhadap kerawanan pangan dan malnutrisi. Kematian terkait panas telah meningkat. Pun demikian dengan migrasi akibat iklim.
Pertanian, pariwisata dan perikanan mengalami kerugian. Dalam isu ini pun terdapat ketimpangan. Negara-negara kaya yang paling bertanggung jawab atas emisi karbon dioksida historis memiliki sumber daya paling banyak untuk beradaptasi. Sementara negara-negara miskin yang berkontribusi sedikit terhadap perubahan iklim menghadapi beban terberat dari guncangan.
Menurut UNFCCC, jika semua rencana untuk mengurangi emisi gas rumah kaca terpenuhi, emisi global akan mencapai 52,4 miliar metrik ton, setara karbon dioksida pada 2030. Jumlah itu turun 0,3 persen dari tingkat 2019. Itu menunjukkan bahwa emisi dapat mencapai puncaknya sebelum akhir dekade ini.