Rabu 26 Oct 2022 17:30 WIB

Mentan Syahrul: Tahun Depan Kita Siap 'Perang'

Mentan ingatkan perlu kerja sama semua pihak jaga stabilitas pangan tahun depan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyatakan, tekanan terhadap sektor pangan akan semakin kuat pada tahun depan. Itu seiring dengan adanya potensi resesi ekonomi global yang kemungkinan bakal terjadi, termasuk di Indonesia.
Foto: istimewa
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyatakan, tekanan terhadap sektor pangan akan semakin kuat pada tahun depan. Itu seiring dengan adanya potensi resesi ekonomi global yang kemungkinan bakal terjadi, termasuk di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyatakan, tekanan terhadap sektor pangan akan semakin kuat pada tahun depan. Itu seiring dengan adanya potensi resesi ekonomi global yang kemungkinan bakal terjadi, termasuk di Indonesia.

"Tahun 2023 adalah tahun perang. Bukan pakai senjata, tapi perang tekanan. Mitigasi tekanan dan adaptasinya, kita sudah tahu apa yang menjadi masalah," kata Syahrul saat membuka Training of Trainer 'Solusi Pupuk Mahal' di Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022).

Syahrul menegaskan, dibutuhkan kerja sama antara seluruh institusi pemerintah bersama sektor swasta untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan di Indonesia. Masyarakat juga diminta untuk ikut berpartisipasi bersama pemerintah mengamankan pangan nasional.

"Ini harus dilakukan secara utuh, kalau perlu agak keras saja," katanya.

Selain itu, ia menuturkan, Kementan juga membutuhkan peran serta dari TNI dan Polri untuk membantu mendampingi kegiatan pertanian di lapangan. Syahrul pun menceritakan, selama ia menjabat sebagai kepala daerah di Sulawesi Selatan, sektor pertanian tetap aman dan terkendali berkat bantuan TNI dan Polri setempat.

Syahrul juga kembali menyinggung akan potensi pangan lokal yang diharap bisa menjadi subsitusi pangan impor. Saat ini Indonesia cukup memiliki ketergantungan pada gandum dan kedelai. Pasalnya, konsumsi masyarakat terhadap produk turunan dari dua komoditas itu semakin besar.

"Tahu, tempe kecap itu semua impor (kedelai). Siapa yang senang? Beberapa orang yang menikmati. Lalu kita makan gandum itu 11 juta ton. Padahal, bisa dengan singkong, sorgum dan sagu," kata dia.

Karenanya, Syahrul menginginkan agar momentum krisis pangan saat ini menjadi dorongan untuk Indonesia dalam membangkitkan kembali potensi pangan lokal yang mampu diproduksi oleh petani sendiri.

Ia menambahkan, dunia saat ini juga tengah dilanda krisis pupuk yang ditandai dengan meningkatkan harga pupuk dunia. Syahrul pun mendorong para penyuluh pertanian agar mendampingi petani untuk bisa mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Ia mengatakan, saat ini banyak pupuk-pupuk yang dikembangkan secara organi oleh petani sesuai dengan sumber daya yang dimiliki daerah masing-masing.

"Kau boleh mahal pakai pupuk, tapi aku bisa buat pupuk sendiri dari apa yang ada di sekitar," katanya memotivasi para penyuluh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement