Kamis 27 Oct 2022 02:15 WIB

Warga Ukraina di Luar Negeri Diimbau tak Pulang ke Negaranya

Warga Ukraina di luar negeri diinta tidak pulang hingga musim semi mendatang

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk mengimbau warganya yang berada di luar negeri agar tak pulang hingga musim semi mendatang. Hal itu karena meningkatnya ancaman serangan Rusia selama musim dingin.
Foto: AP/Francisco Seco
Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk mengimbau warganya yang berada di luar negeri agar tak pulang hingga musim semi mendatang. Hal itu karena meningkatnya ancaman serangan Rusia selama musim dingin.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk mengimbau warganya yang berada di luar negeri agar tak pulang hingga musim semi mendatang. Hal itu karena meningkatnya ancaman serangan Rusia selama musim dingin.

“Sayangnya, jaringan (listrik dan lainnya) tidak dapat bertahan (akibat serangan Rusia). Jika Anda memiliki kesempatan untuk menghabiskan musim dingin di luar negeri, ada baiknya Anda melakukannya,” kata Vereshchuk dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (25/10/2022) malam, dilaporkan laman Anadolu Agency.

Dia mengklaim, saat ini pun Rusia telah mengalihkan terornya ke penduduk sipil. “Kembali (ke Ukraina) sekarang berarti mempertaruhkan diri Anda dan anak-anak Anda, serta kerabat Anda yang rentan,” ucapnya.

Sejak menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu, Rusia sudah membidik infrastruktur energi negara tersebut. Pekan lalu Pemerintah Ukraina mengungkapkan, mereka akan memotong konsumsi energi di dalam negeri sebesar 20 persen. Hal itu karena produksi energi telah merosot akibat fasilitas-fasilitasnya rusak atau hancur akibat serangan Rusia.

Pekan lalu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengumumkan bahwa 30 persen pembangkit listrik di negaranya telah dihancurkan Rusia sejak 10 Oktober. Hingga saat ini, baik Moskow maupun Kiev belum menunjukkan niat untuk kembali terlibat dalam negosiasi.

Awal bulan ini Moskow menegaskan, mereka tidak menolak perundingan dengan Ukraina. Namun Moskow menilai, Barat yang menyokong Kiev tidak menghendaki adanya perdamaian.

Direktur Departemen Kedua Negara-Negara Independen Persemakmuran Kementerian Luar Negeri Rusia Aleksey Polischuk mengungkapkan, pada Februari lalu, Ukraina mengajukan permintaan negosiasi pada negaranya. Kala itu Moskow menerima dengan terbuka ajakan Kiev.

Dalam proses perundingan, Ukraina siap mencatat netralitas permanen, status non-nuklir dan non-blok, melakukan demiliterisasi dan de-Nazi-fikasi, dengan imbalan jaminan keamanan. “Ketika rancangan perjanjian mulai mengambil garis yang dapat diterima, Kiev menghentikan proses negosiasi. Jelas atas perintah sponsor Barat yang tidak membutuhkan perdamaian,” kata Polischuk, dilaporkan TASS, 9 Oktober lalu.

Menurut Polischuk, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky benar-benar merugikan dirinya sendiri karena menuruti keinginan Barat. “Itu tidak masuk akal dan tidak memenuhi kepentingan Ukraina. Semakin banyak pembicaraan ditunda, semakin jauh titik awal mereka bergeser, dan tidak menguntungkan Kiev,” ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement