Kamis 27 Oct 2022 10:14 WIB

Kinerja Boeing Merosot Setelah Pangkas Target Penjualan

Boeing berharap bisa menjual 375 pesawat jet tahun ini.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Boeing (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Boeing (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kinerja Boeing merosot ke titik terendah dalam empat bulan terakhir setelah memangkas perkiraan tahunan untuk pengiriman 737 jet. Boeing mengungkapkan bahwa mereka mungkin menghentikan versi Max terkecil dan terbesar dari pesawat pekerja keras.

Dilansir Bloomberg, Rabu (26/10/2022), dalam pengajuan sekuritas, Boeing mengatakan dapat membatalkan tipe 737 Max-7 dan -10 jika tenggat waktu persetujuan administrasi keselamatan pemerintah tidak diperpanjang. Atau bahkan gagal mencapai sertifikasi.

Baca Juga

Ini mengulang kembali pernyataan Chief Executive Officer Boeing, Dave Calhoun pada awal tahun. Pernyataan tersebut kali ini dilakukan setelah Chief Financial Officer Boeing Brian West memberikan target pengiriman yang lebih rendah untuk 737 pesawat.

Ia mengatakan Boeing berharap bisa menjual 375 pesawat jet tahun ini. Boeing sebelumnya menargetkan pengiriman mendekati 500 sebelum menurunkan target pada Juli ke sekitar hampir 400.

Boeing mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan mempercepat pengerjaan pesawat dalam waktu dekat. Bahkan ketika permintaan melonjak untuk jet hemat bahan bakar yang disukai oleh maskapai beranggaran rendah.

Boeing memperkirakan tingkat produksi bulanan 737 akan tetap di bawah 30-an hingga ahun depan. "Tetapi output akan meningkat tajam selama bulan-bulan penutupan," kata West pada panggilan konferensi untuk membahas pendapatan kuartalan.

Saham Boeing sudah jatuh 8,8 persen di New York, kinerja terburuk di Dow Jones Industrial Average dan penurunan satu hari paling curam sejak 13 Juni. Saham telah kehilangan sekitar 34 persen dari nilainya tahun ini.

Kongres pada akhir tahun 2020 meloloskan undang-undang yang mengharuskan semua pesawat jet memiliki sistem peringatan yang lebih modern daripada yang ada pada 737 yang ada. Kongres memberi Boeing dua tahun untuk menyelesaikan sertifikasi dua model Max yang tersisa, 7 dan 10.

Namun, tampaknya perusahaan tidak akan menyelesaikan tugas itu sebelum batas waktu pada akhir tahun ini. Administrasi Penerbangan Federal telah memperingatkan dalam beberapa bulan terakhir. Sejauh ini, Kongres belum bergerak untuk memperpanjang tenggat waktu.

Pengurangan ekspektasi menggarisbawahi masalah operasi yang mendalam di Boeing, yang juga mengungkapkan kerugian 2,8 miliar dolar AS pada beberapa program pertahanan. Operasionalnya bersaing dengan inflasi, kekurangan suku cadang dan kekurangan tenaga kerja yang telah mengganggu rantai pasokan di seluruh dunia.

Sebelumnya pada Rabu, Boeing melaporkan kerugian yang disesuaikan sebesar 6,18 dolar AS per saham pada kuartal ketiga. Boeing kehilangan pendapatan kelima berturut-turut, karena unit pertahanan menghadapi pembengkakan biaya pada kapal tanker udara KC-46, Air Force One dan kontrak militer lainnya. Penjualan sebesar 16 miliar dolar AS juga jauh dari perkiraan analis.

Namun, arus kas bebasnya sebesar 2,9 miliar dolar AS jauh di atas ekspektasi. Ini menandai kedua kalinya Boeing menghasilkan uang positif sejak Calhoun mengambil alih posisi teratas pada awal 2020.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement