Kamis 27 Oct 2022 16:56 WIB

Menlu RI Kecam Serangan Pertunjukan Musik di Myanmar

Menlu RI mengecam serangan udara yang dilancarkan junta militer Myanmar

Puing-puing berserakan di sekitar bangunan kayu yang hancur di dekat Desa Aung Bar Lay, kotapraja Hpakant, negara bagian Kachin di Myanmar Senin, 24 Oktober 2022. Serangan udara oleh militer Myanmar menewaskan puluhan orang, termasuk penyanyi dan musisi, yang menghadiri perayaan ulang tahun Kachin organisasi politik utama etnis minoritas, anggota kelompok dan seorang pekerja penyelamat mengatakan Senin.
Foto: AP Photo
Puing-puing berserakan di sekitar bangunan kayu yang hancur di dekat Desa Aung Bar Lay, kotapraja Hpakant, negara bagian Kachin di Myanmar Senin, 24 Oktober 2022. Serangan udara oleh militer Myanmar menewaskan puluhan orang, termasuk penyanyi dan musisi, yang menghadiri perayaan ulang tahun Kachin organisasi politik utama etnis minoritas, anggota kelompok dan seorang pekerja penyelamat mengatakan Senin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengecam serangan udara yang dilancarkan junta militer Myanmar terhadap sebuah pertunjukan musik di Kachin.

Kecaman tersebut disampaikan Indonesia dalam pertemuan para menlu Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (27/10/2022), yang secara khusus membahas krisis Myanmar.

"Serangan yang dilakukan oleh junta militer Myanmar pada saat pelaksanaan konser musik di Kachin harus dikecam dan tidak dapat diterima," kata Retno usai pertemuan tersebut.

Mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan di Myanmar sejak kudeta militer pada Februari tahun lalu, Indonesia mendesak agar junta Myanmar segera menghentikan segala bentuk kekerasan yang telah memakan banyak korban jiwa.

"Tindakan kekerasan sekali lagi harus segera dihentikan. Indonesia menyampaikan agar pesan ini harus segera disampaikan kepada Tatmadaw," tutur Retno, mengacu pada sebutan bagi Angkatan Bersenjata Myanmar.

Serangan udara pada Ahad malam (23/10/2022) di Negara Bagian Kachin, Myanmar utara, menewaskan sedikitnya 50 warga sipil, termasuk penyanyi dan pejabat pasukan minoritas etnik Kachin Independence Army (KIA).

KIA telah berjuang untuk mendapatkan otonomi lebih besar bagi warga Kachin selama enam dekade.

Kelompok itu mendukung penentangan terhadap kekuasaan militer pasca kudeta tahun lalu, ketika para jenderal menggulingkan pemerintah sipil terpilih yang dipimpin peraih Nobel, Aung San Suu Kyi.

Menurut KIA, serangan itu menargetkan perayaan ke-62 pembentukan sayap politik mereka. Mereka mengatakan bahwa serangan itu harus dianggap sebagai kejahatan perang.

Di lain pihak, militer Myanmar mengeklaim pasukannya merespons penyergapan dan serangan lain yang dilakukan oleh KIA serta kelompok-kelompok bersenjata.

Myanmar terjebak dalam lingkaran kekerasan sejak militer melengserkan pemerintahan Suu Kyi. Gerakan oposisi, yang beberapa di antaranya bersenjata, bermunculan di seluruh negeri.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement