REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala Badan Energi Atom Internasional Rafael Grossi mengatakan pada Kamis (27/10/2022), ledakan uji coba nuklir baru oleh Korea Utara akan menjadi konfirmasi lain dari program yang sedang bergerak maju dengan cara yang sangat memprihatinkan. Dia melihat persiapan untuk tes ketujuh tetapi tidak memiliki indikasi apakah ledakan nuklir sudah dekat.
"Semua orang menahan napas. Tes lebih lanjut, tentu saja, berarti mereka menyempurnakan persiapan dan pembangunan gudang senjata. Sehingga kami mengikuti ini dengan sangat, sangat dekat," kata Grossi kepada wartawan dalam menanggapi sebuah pertanyaan.
“Kami berharap itu tidak terjadi, tetapi sayangnya indikasi mengarah ke arah lain," ujarnya.
Pejabat dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu di Asia, Jepang dan Korea Selatan, menduga Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba nuklir. Wakil menteri luar negeri dari tiga negara itu mengatakan pada Rabu (26/10/2022), mereka akan memberikan tanggapan bersama yang akan sangat menentukan.
Kekhawatiran tentang program nuklir Korea Utara semakin dalam dalam beberapa bulan terakhir. Pyongyang mengadopsi undang-undang baru yang mengizinkan penggunaan bomnya terlebih dahulu dalam kasus-kasus tertentu.
Pemerintah Korea Utara juga bisa mengambil langkah-langkah yang dilaporkan untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di sepanjang perbatasannya dengan Korea Selatan. Tahun ini, Korea Utara telah melakukan lebih dari 40 peluncuran rudal.
Korea Utara mengumumkan pada April 2009 bahwa mereka mengusir inspektur IAEA dan tidak diizinkan untuk kembali.