REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kepala Dewan Urusan Daratan Taiwan, Chiu Tai-san pada Jumat (28/10/2022) mengatakan, China harus menghentikan serangannya terhadap Taiwan dan menjaga perdamaian serta stabilitas. Seruan ini muncul ketika Beijing meningkatkan tekanan politik dan militer di sekitar Taiwan.
China telah meningkatkan kegiatan militernya di sekitar wilayah Taiwan sejak Agustus. China melakukan latihan blokade di sekitar Taiwan setelah kunjungan Ketua House of Representative Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taipei.
"Beijing harus menghentikan pertikaian karena hanya memperdalam kesenjangan antara kedua belah pihak dan meningkatkan ketegangan di kawasan itu," kata Chiu Tai-san dalam sebuah forum di Taipei.
"Kami mendesak China daratan untuk meletakkan senjata dan menjaga perdamaian dan stabilitas. Kunci perdamaian adalah membalikkan pola pikir menangani masalah dengan kekuatan," kata Chiu menambahkan.
Chiu mengatakan, Beijing harus menyelesaikan ketidaksepakatan dengan Taipei melalui dialog konstruktif tanpa prasyarat. Chiu menyatakan, dia berharap China dapat secara bertahap melonggarkan pembatasan perjalanannya untuk mengendalikan pandemi Covid-19 sehingga kedua belah pihak dapat menciptakan ruang untuk interaksi positif.
China telah berulang kali menolak tawaran Taiwan untuk melakukan pembicaraan. China menilai Presiden Taiwan Tsai Ing-wen sebagai separatis.
Awal bulan ini, Presiden Xi Jinping mengatakan dalam pidato pembukaan Kongres Partai Komunis di Beijing bahwa terserah kepada rakyat China untuk menyelesaikan masalah Taiwan dan bahwa China tidak akan pernah meninggalkan penggunaan kekuatan atas Taiwan.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taipei mengatakan, hanya 23 juta penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka sendiri. Taiwan menolak klaim kedaulatan China atas wilayahnya.