Jumat 28 Oct 2022 16:06 WIB

Ketum Muhammadiyah: Politik Identitas tidak Masalah Asal tidak Pecah Belah Bangsa

Prof Haedar Nashir mengajak bangsa Indonesia perkuat persatuan dan kesatuan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Haedar Nashir menyampaikan sambutan saat peluncuran buku berjudul Islam Syariat : Reproduksi Salafiyah Ideologis di Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka (Uhamka), Jakarta, Jumat (28/10/2022). Penerbit Suara Muhammadiyah  kembali meluncurkan buku karya Haedar Nashir yang dibuat tahun 2005 dari hasil disertasinya saat menempuh pendidikan di UGM. Selain itu, kehadiran ketua PP Muhammadiyah tersebut juga sekaligus meresmikan Masjid KH Hisyam, Klinik Pratama dan Lagu Sang Surya dalam Versi bahasa Jepang.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Haedar Nashir menyampaikan sambutan saat peluncuran buku berjudul Islam Syariat : Reproduksi Salafiyah Ideologis di Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka (Uhamka), Jakarta, Jumat (28/10/2022). Penerbit Suara Muhammadiyah kembali meluncurkan buku karya Haedar Nashir yang dibuat tahun 2005 dari hasil disertasinya saat menempuh pendidikan di UGM. Selain itu, kehadiran ketua PP Muhammadiyah tersebut juga sekaligus meresmikan Masjid KH Hisyam, Klinik Pratama dan Lagu Sang Surya dalam Versi bahasa Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengingatkan kembali tentang pentingnya merajut persatuan menuju Indonesia Berkemajuan. Hal ini disampaikan dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda. 

Tidak bisa dimungkiri, fakta sejarah menunjukkan bangsa Indonesia sebagai negara yang majemuk baik dalam aspek agama, suku, ras, maupun golongan. Kemajemukan itu kemudian dibungkus dengan semboyan pemersatu bangsa, Bhineka Tunggal Ika. 

Baca Juga

"Berbeda-beda tapi satu, serta satu dalam keberbedaan. Dengan jiwa Bhinneka Tunggal Ika itulah bangsa Indonesia memiliki daya hidup untuk tetap bersatu dalam keragaman, meski proses yang dijalani sarat suka dan duka," kata Haedar, Jumat (28/10/2022). 

Dalam Orasi Kebangsaan Sumpah Pemuda Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Guru Besar Sosiologi ini mengajak kepada semua untuk kembali merenungkan pesan-pesan luhur Sumpah Pemuda sendiri. Yang mana, bersejarah untuk menguatkan persatuan. 

Terkait kegaduhan politik yang mengancam persatuan, menurut Haedar, tidak ada yang salah dengan pilihan politik. Namun, malah sebaliknya, perbedaan pilihan politik merupakan tanda hidupnya demokrasi dan kebinekaan berbangsa bernegara.

Namun, dia mengingatkan, perbedaan politik akan menjadi masalah bila disertai sikap pemutlakan menang-kalah, timbulkan sikap politik yang keras dan ekstrem. Pada titik inilah, politik menjadi virus pemecah dan bukan pemersatu bangsa. 

Politik identitaspun sejatinya bukan masalah karena setiap orang atau kelompok terikat identitas mengikuti hukum homo sapiens. Masalah terjadi jika politik identitas berdasarkan SARA disalahgunakan dengan cara dan paham radikal-ekstrem.

Pro dan anti politik identitaspun, bahkan menjadi benih pertengkaran baru sesama anak bangsa yang muaranya saling membelah. Maka, Haedar menegaskan, jika ingin persatuan Indonesia, maka diperlukan sikap moderat dan moderasi dalam bernegara.

Sikap itu dibutuhkan seluruh warga dan golongan. Haedar berpesan, agar politik menjadi salah satu pilar pemersatu, bukan malah menjadi penyebab pecah belah. Dia menambahkan, politik penting diletakkan di atas jiwa kerakyatan. 

"Yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sebagaimana nilai sila keempat Pancasila," ujar Haedar.    

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement