REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Negara anggota dan parlemen Uni Eropa akan mencapai kesepakatan yang secara efektif bakal melarang penjualan mobil bermesin pembakaran baru mulai 2035. Lewat kesepakatan itu, semua mobil baru di Benua Biru harus nol-emisi pada 2035.
“Ini adalah awal dari transisi besar Uni Eropa. Jika kita memiliki kesepakatan (tersebut) malam ini, itu menunjukkan bahwa hal tersebut bisa dilakukan,” kata anggota parlemen utama Uni Eropa yang terlibat dalam proses negosiasi, Jan Huitema, Kamis (27/10/2022), dilaporkan Bloomberg.
Dia mengungkapkan, diskusi antara Parlemen Eropa dan Dewan Eropa, termasuk juga Komisi Eropa, dapat diakhiri dengan kesepakatan pada Kamis. Menurut Huitema, Parlemen Eropa ditentang. Namun hal tersebut tidak mungkin mencegah kesepakatan dicapai pada Kamis malam atau Jumat pagi waktu setempat.
“Untuk menghilangkan bahan bakar fosil, satu-satunya pilihan adalah elektrifikasi. Anda harus mengelektrifikasi seluruh masyarakat,” kata Huitema.
Ada beberapa masalah utama yang tersisa untuk diselesaikan dalam negosiasi. Baik dewan dan parlemen Eropa setuju bahwa niche manufacturers, seperti Automobili Lamborghini SpA yang memproduksi sejumlah kecil kendaraan, harus menerima penundaan kecil pada target emisi.
Parlemen Eropa dan Dewan Eropa masih perlu menyepakati apakah akan memasukkan elemen tak mengikat. Dalam hal ini, negara anggota Uni Eropa meminta Dewan Eropa mengusulkan pendaftaran kendaraan yang berjalan secara eksklusif dengan bahan bakar netral karbon setelah 2035.
Jika kesepakatan sudah diratifikasi, berarti semua mobil baru di Eropa harus nol-emisi pada 2035, dengan pengurangan emisi sebesar 55 persen pada akhir dekade ini. Uni Eropa memiliki green plans yang dikenal dengan istilah “Fit for 55”. Lewan rencana itu, mereka menargetkan pemangkasan emisi sebesar 55 persen pada dekade ini.
Sebuah laporan dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang baru saja diterbitkan mengungkapkan, suhu bumi akan meningkat 2,1 hingga 2,9 derajat celcius pada akhir abad ini. Laporan itu menyebut, upaya negara-negara untuk mengurangi gas rumah kaca belum cukup guna menghindari bencana pemanasan global.
Kesimpulan tentang peningkatan suhu bumi diperoleh UNFCCC setelah menganalisis semua rencana iklim nasional atau dikenal sebagai nationally determined contributions (NDC) yang diajukan sejak 2015. "Kabar baiknya, proyeksi menunjukkan emisi tidak akan meningkat setelah 2030. Kabar buruknya, mereka masih belum menunjukkan tren penurunan cepat yang menurut para ilmuwan diperlukan dekade ini,” kata sekretaris eksekutif perubahan iklim PBB Simon Stiell kepada wartawan, Rabu (26/10/2022), dilaporkan Bloomberg.
Meskipun ada beberapa kemajuan pada tahun lalu, negara-negara perlu berbuat lebih banyak pada 2030 guna memastikan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celcius dan idealnya mendekati 1,5 derajat celcius. Angka tersebut turut ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris yang diadopsi pada 2015.
Ilmuwan-ilmuwan iklim memperkirakan, emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia perlu dikurangi setengahnya pada akhir dekade ini. Sementara separuh lainnya harus dilenyapkan pada pertengahan abad guna menjaga pemanasan di bawah 2 derajat celcius pada 2100.