Jumat 28 Oct 2022 19:16 WIB

Mengapa Kalimat-Kalimat Thayyibah tidak Boleh Dipelesetkan?

Pelesetan kalimat thayyibah dalam Islam bentuk tak menghormati syiar agama.

Ilustrasi Lafadz Allah. Pelesetan kalimat thayyibah dalam Islam bentuk tak menghormati syiar agama
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Lafadz Allah. Pelesetan kalimat thayyibah dalam Islam bentuk tak menghormati syiar agama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam percakapan sehari-sehari, kerap kita mendapatkan kata atau kalimat yang dipelesetkan. Termasuk beberapa kalimat thayyibah berbahasa Arab yang dipelesetkan dan dijadikan bercanda.  

Di antara kata yang sering digunakan anak muda dalam obrolan sehari-hari adalah “astaghfirullahaladzim” yang dipelesetkan menjadi “astajim”, “assalamualaikum” menjadi “samlekom,” atau ya Allah menjadi “Yaowo.

Baca Juga

Pelesetan kalimat thayyibah tersebut juga terlihat dalam salah satu iklan dari e-commerce Blibli yang menyebutkan “Samlekom.”

Kata-kata itu sering juga kita jumpai di media sosial bahkan di obrolan grup. Lalu bagaimana sebenarnya hukum memelesetkan kata-kata tersebut dalam Islam?

Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi, bahwa mengganti atau diplesetkan yang dilakukan secara sengaja adalah dilarang dalam Islam. 

Karena bahasa arab kata dia, berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain, berbeda huruf atau bahkan berbeda tanda baca saja bisa berbeda maknanya. “Tidak boleh ya, itu bahasa Arab yang ada artinya,” kata Gus Fahrur kepada Republika.co.id, Jumat (28/10/2022).

Assalamu’alaikum berarti semoga keselamatan berlimpah kepadamu. Bila lebih lengkap, Assalamu’alikum warohmatullahi wabarokatuh berarti semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan untukmu.”

"Bukankah artinya sangat indah dan sangat mulia ? Lalu mengapa kita harus memplesetkan? Sengaja memelesetkan jelas termasuk kategori meremehkan, kecuali jika memang tidak bisa (mengucapkan). Syiar agama Islam harus dihormati tidak boleh direndahkan,”  ujarnya. 

“Jadi tidak boleh sengaja memelesetkan, karena itu adalah kalimat mulia yang bermakna baik. Jika diubah akan berubah makna,” kata dia menambahkan. Allah SWT berfirman:  

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

 “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj ayat 32)

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya.” (QS Al Hajj ayat  30)     

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement