REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI) Abdullah Al Katiri mengecam, ucapan yang memplesetkan kata Khilafah menjadi khilafuck oleh Komisaris PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), Dede Budhyarto. Menurutnya, apa yang dikatakan Dede sangat menyakiti dan melecehkan agama Islam.
"Ketakutan pada konsep Khilafah adalah ketakutan pada Islam itu sendiri. Inilah contoh nyata Islamophobia," kata Abdullah saat dihubungi Republika, Jumat (28/10).
Abdullah mengatakan, ucapan Dedi sebagai Komisaris di BUMN terbilang tidak pantas. Sebab BUMN adalah perusahaan milik negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Ia menyindir Dede yang seenaknya memplesetkan Khilafah sama saja melecehkan perusahaan dimana ia digaji oleh rakyat.
"Pelni harus menindak pejabatnya yang tidak tahu etika tersebut," ujar Abdullah.
Abdullah menyebut, ada tiga cacat yang dilakukan Dede atas cuitan nyinyirannya. Pertama, cacat moral. Penempelan kata "fuck" pada Khilafah adalah wajah a-moral Dede. Pasalnya, "fuck" itu kata kotor yang hanya dapat dikatakan oleh kalangan nir-moral yang tidak berpendidikan. Kedua, cacat sosial atau tidak menghargai pada perbedaan keyakinan orang lain.
"Kategorinya 'hate speech' membenci orang yang berkeyakinan pada Khilafah sebagai bagian dari terma keagamaan," ujar Abdullah.
Ketiga, Abdullah menyentil, Dede cacat norma atau hukum. Ia meyakini sebutan Khilafuck adalah bentuk penodaan agama. Ia berharap ucapan Dede harus diganjar dengan sanksi pidana sebagai efek jera.
"Khilafah terdapat dalam Kitabullah Aquran karenanya memelesetkan istlilah Al Qur'an adalah penodaan. Pasal 156a huruf a KUHPidana dapat dikenakan pada Dede Bhudhyarto," sebut Abdullah.
Sebelumnya, Dede membuat status yang dianggap menyinggung kalangan umat Islam. Dede mengganti kata khilafah menjadi khilafuck dalam sebuah status di akun @kangdede78. Meski tidak menyebut nama, Dede menuding ada calon presiden (capres) yang didukung kelompok khilafuck.
“Memilih capres jangan sembrono apalagi memilih capres yang didukung kelompok radikal yang suka mengkafir-kafirkan, pengasong khilafuck anti-Pancasila, gerombolan yang melarang pendirian rumah ibadah minoritas," ucap Dede.