REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyampaikan penyebab kasus gejala gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia perlu penyelidikan epidemiologi. Diketahui, hingga kini, penyakit itu telah merenggut 157 nyawa anak-anak di Indonesia.
"Penyelidikan epidemiologi kasus GGAPA perlu dilakukan sampai dengan penelitian kasus kontrol untuk memastikan penyebab GGAPA," ujar Staf Departemen Biostatistik FKM UI, Iwan Ariawan di Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Ia mengemukakan, dalam Permenkes No.45/2014, penyelidikan epidemiologi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengenal penyebab, sifat-sifat penyebab, sumber dan cara penularan/penyebaran serta faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang dilakukan untuk memastikan adanya KLB atau setelah terjadi KLB/Wabah.
Dalam webinar "Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak: Perspektif Kesehatan Masyarakat" itu, Iwan menyampaikan, belakangan ini etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirup diduga menjadi pemicu kasus GGAPA. Namun, lanjut dia, ada kasus GGAPA tanpa riwayat minum obat sirup. Di sisi lain, ada anak yang juga minum obat sirop yang sama tetapi tidak mengalami GGAPA.
"Dalam penelusurannya memang 90 persen (pasien) mengonsumsi obat sirop. Tapi ada 10 persen yang tidak," tutur Iwan yang juga epidemiolog FKM UI itu.
Dalam kondisi ideal, ia mengatakan, untuk menentukan penyebab tidaklah susah. Misal, jika X merupakan penyebab dari Y maka jika ada X terjadi Y, jika tidak ada X maka tidak terjadi Y. Sayangnya, dalam kesehatan umumnya tidak terjadi kondisi ideal, ada penyebab multifaktorial dan juga bisa ada interaksi antar penyebab.
"Ini (GGAPA) perlu penyelidikan atau penelitian secara sistematis supaya tahu penyebabnya apa dan bisa diatasi," tuturnya.