REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Rusia mengatakan percepatan pengerahan senjata nuklir taktis B61 dari Amerika Serikat (AS) di pangkalan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa akan "menurunkan ambang batas nuklir". Rusia akan mempertimbangkan langkah itu dalam rencana militernya.
Invasi Rusia ke Ukraina membawa hubungan antara Moskow dengan Barat dalam kondisi terburuknya sejak Krisis Kuba 1962. Ketika dua negara adi daya itu hampir perang nuklir selama Perang Dingin.
Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis sementara AS memiliki sekitar 200 senjata serupa. Setengah diantaranya berada di Italia, Jerman, Turki, Belgia dan Belanda.
Politico melaporkan dalam rapat tertutup NATO, Washington mengatakan akan mempercepat pengerahan versi terbaru B61 dan B61-12 ke Eropa pada bulan Desember. Beberapa bulan lebih cepat dibandingkan dari dijadwalkan sebelumnya.
"Kami tidak dapat mengabaikan rencana untuk modernisasi senjata nuklir, bom udara di Eropa," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko pada kantor berita RIA, Sabtu (29/10/2022).
Berdasarkan peneliti Federasi Ilmuwan Amerika, bom gravitasi 12 kaki B61-12 membawa hulu ledak nuklir yang lebih rendah dari versi sebelumnya. Tapi lebih akurat dan mampu masuk ke bawah tanah.
"Amerika Serikat memodernisasinya, meningkatkan keakuratan dan mengurangi kekuatan muatan nuklirnya, mereka mengubah senjata-senjata itu 'senjata medan perang' sehingga menurunkan ambang batas nuklir," kata Grushko.