Ahad 30 Oct 2022 17:22 WIB

Usaha Tahu/Tempe di Lampung Terancam Tutup, Harga Kedelai Mahal

Pengrajin tempe tidak dapat melakukan apa-apa lagi untuk mengurangi ukuran tempe.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Fakhruddin
Usaha Tahu/Tempe di Lampung Terancam Tutup, Harga Kedelai Mahal (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Usaha Tahu/Tempe di Lampung Terancam Tutup, Harga Kedelai Mahal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG – Usaha rumahan tahu dan tempe di Kota Bandar Lampung terancam tidak dapat produksi lagi, dikarenakan harga kedelai semakin mahal. Harga normal kedelai biasanya Rp 8.000 sampai Rp 10.000, saat ini sudah tembus Rp 13.500 per kg.

Beberapa pengrajin usaha rumahan tahu dan tempe di kawasan Gedong Pakuwon, Telukbetung Utara, Kota Bandar Lampung, berharap pemerintah daerah dan pusat segera membantu usaha kecil rumahan yang kesulitan membeli kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

Baca Juga

Menurut Yeti (56 tahun), pengrajin tempe di Gedong Pakuwon, harga kedelai sudah naik dari harga normal sejak tahun 2019 sampai sekarang. “Biasanya harga normal kedelai Rp 8.000-an per kilogram. Tapi sekarang sudah Rp 13.500 per kg sangat mahal sekali,” kata Yeti, Ahad (30/10/2022).

Dia mengatakan, pengrajin tempe tidak dapat melakukan apa-apa lagi untuk mengurangi ukuran tempe yang akan dijual kepada konsumen. Ukuran tempe yang sekarang sudah sangat kecil dengan harga tidak naik. Alasannya, ukuran yang sudah kecil saat ini sudah dikeluhkan pembeli.

Bila harga kedelai terus naik lagi, dia khawatir usaha rumahan yang telah dirintis sejak lama harus tutup, karena tidak dapat memberikan upah kepada pekerjanya. Harga jual tempe dengan pembelian bahan baku kedelai tidak sebanding lagi.

Hasan (45), pengrajin tahu di Kemiling, Bandar Lampung, merasakan harga kedelai yang terus naik membuat usahanya bakal terancam berhenti. Kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu, kata dia, sudah tidak sebanding lagi dengan harga jual tahun di pasaran.

“Sekarang ukuran tahu sudah diperkecil, harga tetap masih juga sepi. Apalagi kalau ukuran tahu kecil, harga jual di pasaran dinaikkan, siapa yang mau beli,” kata Hasan.

Dia berharap pemerintah segera turun tangan mengatasi mahalnya harga kedelai di pasar yang mencapai Rp 13.500 per kg. Menurut dia, kalau harga minyak goreng saja bisa diturunkan, mengapa harga kedelai tidak bisa.

Mengenai program Bantuan Penggantian Selisih Harga Pembelian Kedelai dari Kementerian Perdagangan, atau pemerintah mensubsidi Rp 1.000 per kg kedelai, belum dirasakan dari pengrajin tahu dan tempe. Bahkan, pengrajin tidak mengetahui adanya program subsidi bantuan pembelian kedelai tersebut.

Berdasarkan data Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Provinsi Lampung, pada Oktober 2022, terdapat 3.750 orang pengrajin tahu dan tempe di Provinsi Lampung (15 kabupaten/kota). Sedangkan kebutuhan kedelai untuk pengrajin tahu dan tempe sebanyak 4.500 ton per bulan. Jumlah tersebut dengan harga beli di luar subsidi Rp 12.800 sampai Rp 13.000 per kg.

Puskopti Lampung telah mengajukan kuota kedelai kepada Bulog sebanyak 1.000 ton pada April 2022, namun terealisasi 4.000 ton. Puskopti telah mendistribusikan kedelai kepada 15 kabupaten/kota. Masing-masing Kopti mendapatkan jatah kedelai 10 ton sampai 50 ton, bergantung kebutuhan daerahnya, terbanyak di Kota Bandar Lampung. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement