Senin 31 Oct 2022 07:42 WIB

Polisi Elit Bangladesh Luncurkan Operasi Penangkapan di Kamp Rohingya

Keamanan di kamp-kamp pengungsi Rohingya telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Polisi elit Bangladesh telah melancarkan tindakan keras terhadap pelaku kriminal dan kelompok militan setelah meningkatnya serangan terhadap para pemimpin komunitas Rohingya di kamp-kamp pengungsi
Foto: AP Photo/Bernat Armangue
Polisi elit Bangladesh telah melancarkan tindakan keras terhadap pelaku kriminal dan kelompok militan setelah meningkatnya serangan terhadap para pemimpin komunitas Rohingya di kamp-kamp pengungsi

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Polisi elit Bangladesh telah melancarkan tindakan keras terhadap pelaku kriminal dan kelompok militan setelah meningkatnya serangan terhadap para pemimpin komunitas Rohingya di kamp-kamp pengungsi. Batalyon Polisi Bersenjata, yang bertugas menjaga keamanan di 34 kamp pengungsi mengatakan, mereka telah menangkap sedikitnya 56 orang Rohingya sejak Jumat (28/10/2022) malam.

Polisi mengatakan, keamanan di kamp-kamp pengungsi Rohingya telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Setidaknya 15 orang Rohingya tewas karena dibunuh. Sebagian besar yang menjadi sasaran pembunuhan adalah pemimpin kamp.

Baca Juga

"Kami telah meluncurkan 'Operasi Root Out' pada Jumat dan telah menangkap 56 Rohingya termasuk 24 orang yang terlibat dalam pembunuhan tujuh majhis (pemimpin komunitas Rohingya) bulan ini," kata juru bicara Batalyon Polisi Bersenjata, Farouk Ahmed, dilaporkan Alarabiya, Ahad (30/10/2022).

Ahmed mengatakan, 56 orang pelaku yang ditangkap adalah teroris. Batalyon Polisi Bersenjata akan terus melakukan operasi penangkapan. Pasukan keamanan Bangladesh biasanya menyebut kelompok pemberontak yang aktif di kamp sebagai teroris.

“Mereka adalah teroris. Kami akan melanjutkan upaya tersebut dan melenyapkan teroris yang mengganggu keamanan dan perdamaian di kamp-kamp,” kata Ahmed.

Seorang perwira tinggi polisi mengatakan, Tentara Solidaritas Rohingya Arakan (ARSA) diduga bertanggung jawab atas sebagian besar kasus pembunuhan terhadap pemimpin Rohingya. ARSA adalah sebuah kelompok pemberontak yang memerangi tentara Myanmar di negara bagian Rakhine.

"Mereka bertanggung jawab atas pembunuhan tujuh majhi di kamp. Karena konflik yang sedang berlangsung di Myanmar, orang-orang ARSA telah memasuki kamp-kamp dan menciptakan kekacauan di sana karena tidak dapat bertahan di Myanmar. Mereka membunuh saingan mereka yang menentang kegiatan teroris mereka,” kata perwira tinggi itu yang berbicara dengan syarat anonim.

Kepala polisi distrik Cox's Bazar, Mahfuzul Islam, mengatakan, setidaknya 20 orang Rohingya dibunuh di kamp-kamp tahun ini dan 120 orang didakwa atas pembunuhan itu. Selain ARSA, polisi mengatakan, kelompok pemberontak lainnya seperti Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO) dan Islami Mahad juga beroperasi di kamp-kamp tersebut.  Beberapa orang Rohingya yang terbunuh dalam beberapa bulan terakhir adalah anggota Islami Mahad.

Pada September 2021, salah satu anggota ARSA dituduh membunuh pemimpin kelompok hak asasi Rohingya Mohib Ullah di depan kantornya.  ARSA juga dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan enam guru dan siswa di sebuah seminari Islam yang dikendalikan oleh Islami Mahad pada Oktober lalu.

Sekitar 740.000 orang Rohingya melarikan diri dari serangan militer di Myanmar pada 2017. Mereka mengungsi ke Bangladesh dan menetap di kamp-kamp di distrik resor Cox's Bazar.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement