REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Adytia Anugrah (32 tahun) terkulai lemah di ranjang perawatan di salah satu ruang fasilitas cuci darah di Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) Cilegon. Pada salah satu tangannya tertusuk jarum dan selang yang terhubung dengan alat cuci darah.
Di ruangan itu, Adytia bukan satu-satunya orang yang sedang mendapatkan pelayanan cuci darah, tapi ada sejumlah orang lainnya dengan berbagai jenis kelamin dan usia. Warga Ciracas, Kota Serang itu mengaku sudah 17 tahun harus melakukan cuci darah karena penyakit nefrotik syndrom yang dideritanya sejak usia dua tahun.
“Jadi ginjal saya mengecil, menciut karena menderita nefrotik syndrom,” ujar Adytia.
Kata Adytia, penyakit itu baru diketahui dan menjadi serius saat ia beranjak usia 15 tahun. Sejak saat itulah ia harus melakukan terapi cuci darah untuk menjaga kondisi tubuhnya. Cuci darah bukan perkara sepele, biaya yang harus dikeluarkan untuk terapi tersebut tidaklah sediki. Terlebih terapi tersebut harus dilakukan secara rutin berkali-kali setiap pekannya. Beruntung, saat itu, ibu Aditya memiliki jaminan asuransi sebagai pekerja di PT Krakatau Steel (KS) sehingga biaya cuci darah dapat ditanggung.
Namun, asuransi dari tempat ibunya bekerja pun berakhir seiring dengan berakhirnya status sang ibu sebagai karyawan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Menyadari biaya cuci darah tidak murah, Adytia mengaku langsung mendaftar menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan secara mandiri. Hingga akhirnya biaya cuci darah ditanggung menggunakan fasilitas kepesertaan program JKN.
Terhitung sudah tujuh tahun biaya cuci darah Adytia ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Ia menilai, jika dihitung biaya yang ia keluarkan untuk membayar iuran dengan biaya yang perlu dikeluarkan untuk membayar layanan cuci darah tidak seimbang. Karena itu, Adytia menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh peserta JKN yang telah disiplin membayar iuran.
Ungkapan terima kasih disampaikan Adytia kepada para peserta JKN karena ia mengetahui, selama ini meski mereka tidak menikmati keuntungan dari BPJS Kesehatan, uang iuran yang mereka keluarkan digunakan untuk membiayai orang-orang yang memiliki kondisi kesehatan tidak baik seperti dirinya.
“Buat peserta JKN yang jarang atau bahkan tidak sama sekali menggunakan manfaatnya, saya mengucapkan banyak terima kasih jujur saja saya merasa sangat terbantu,” tutur Adytia, dalam siaran persnya, Senin (31/10/2022).
Adytia berharap seluruh peserta JKN untuk tidak ragu membayar iuran secara rutin meski jarang menggunakan JKN untuk berobat karena banyak orang-orang yang terbantu dengan iuran tersebut. Terlebih, menurut Adytia, dengan menggunakan JKN pelayanan yang diberikan rumah sakit pun tetap optimal.
“Selama pelayanan di rumah sakit, saya dilayani dengan baik oleh semua petugas yang ada diruangan,” ujar Adytia.