REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Din Syamsuddin, menyampaikan, World Peace Forum (WPF) ke-8 merupakan kegiatan dwitahunan yang diselenggarakan pertama kali pada 2006. Pelaksanaan WPF ke-8 seharusnya digelar pada 2020 tetapi tertunda akibat pandemi Covid-19.
"Jadi sudah tertunda karena Covid-19 selama 4 tahun sejak terakhir 2018. Dan juga tertunda karena kita ingin menyesuaikan diri dengan Muktamar Muhammadiyah," tuturnya dalam konferensi pers WPF ke-8 di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (31/10/2022).
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan, WPF diprakarsai oleh CDCC, organisasi yang dipimpinnya. Forum tersebut sejak pertama kali digelar pada 2006 telah didukung oleh PP Muhammadiyah sebagai co-organizer dan lembaga yang berkedudukan di Kuala Lumpur Malaysia bernama The Cheng Ho Multiculture Education Trust pimpinan Tan Sri Lee Kim Yew.
World Peace Forum, lanjut Din, diselenggarakan sebagai ajang pertemuan para tokoh pencinta perdamaian atau yang terlibat dalam gerakan perdamaian di dunia dari berbagai negara dan agama. Karena itu, forum ini juga menghadirkan tokoh-tokoh lintas agama dan cendekiawan, termasuk tokoh dunia yang memiliki jabatan di pemerintahan baik yang masih maupun yang pernah menduduki jabatan tersebut.
"Juga ada satu-dua (tokoh) dari dunia usaha. Dan saya sengaja menyampaikan ini agar jangan dipersepsikan WPF ini sebagai interfaith forum saja, tetapi juga forum untuk kalangan cendekiawan, intelektual, akademisi, bahkan penentu kebijakan di pemerintahan yang berasal dari berbagai negara," kata dia.
Din juga memaparkan, tajuk 'Human Fraternity and The Middle Path for Peaceful, Just, and Prosperous World' diangkat untuk menekankan soal persaudaraan kemanusiaan dan jalan tengah sebagai pondasi dari dunia yang damai, adil dan sejahtera. Dia menuturkan, damai, adil dan sejahtera adalah cita-cita umat manusia sekarang ini terutama pascapandemi Covid-19.
"Untuk itu, kita ingin berbincang-bincang mengajak para tokoh agama, cendekiawan, dan penentu kebijakan di banyak negara di dunia ini untuk memperbincangkan cita-cita itu. Kami ingin lihat rasa persaudaraan kemanusiaan dan jalan tengah atau wasatiyah sebagai dasar," ucapnya.
Menurut Din, persaudaraan kemanusiaan dan jalan tengah merupakan dua hal yang menyatu dan bisa dijadikan dasar untuk membangun dunia yang damai, adil dan sejahtera. Dia menambahkan, persaudaraan kemanusiaan saat ini diarusutamakan oleh tokoh-tokoh dunia seperti Paus Fransiskus dan Grand Syekh Al-Azhar Mesir Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb.
"Ini kita jadikan sebagai dasar dari perwujudan perdamaian ditambah dengan jalan tengah dalam Islam, yang istilahnya adalah Wasatiyyah Islam. Untuk Indonesia, Pancasila sebagai jalan tengah. Inilah yang kita pikirkan dapat menjadi dasar dari perdamaian dunia baru ini," kata dia.