REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON -- Tempat penampungan wanita Muslim pertama Hamilton di Kanada, Nisa Homes, dijadwalkan dibuka pada November 2022. Direktur program Nisa Homes, Yasmine Youssef mengatakan tim memutuskan membuka cabang ke kota ini setelah mereka mulai menerima telepon dari para wanita di Hamilton pada Januari.
Organisasi tersebut menerima lebih dari 40 pengajuan dari Hamilton dalam kurun waktu sebulan awal tahun ini. Mereka meminta layanan penampungan di lokasi Mississauga dan Scarborough.
"Kami tidak memiliki tim atau kehadiran di Hamilton saat itu. Tapi itulah betapa putus asa mereka saat menjangkau kami," kata Youssef seperti dikutip dari The Spec, Senin (31/10/2022).
Shelter ini akan fokus pada penyediaan layanan yang sensitif secara budaya untuk perempuan imigran, pengungsi, wanita tanpa status yang melarikan diri dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tunawisma atau miskin, terutama di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi. Perempuan yang datang ke shelter tidak harus beragama Islam, tetapi harus pendatang atau pengungsi. Layanan di lokasi akan ditawarkan dalam bahasa Inggris, Prancis, Arab, Punjabi, Farsi, dan Somalia di antara bahasa lainnya.
Nisa Homes ada di 10 lokasi di seluruh Kanada. Sekarang dengan semakin banyaknya imigran dan pengungsi yang menyebut Hamilton sebagai rumah.
"Tempat penampungan itu bekerja untuk menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan komunitas ini," kata Youssef.
Youssef mengatakan, pendatang baru sering berjuang menemukan layanan karena mereka tidak berbicara bahasa atau mereka berjuang mengakses layanan karena rasisme, Islamofobia, atau karena takut dihakimi.
Dia mengatakan, banyak dari negara-negara yang dilanda perang melarikan diri dari trauma dan dapat bertemu dengan 'hambatan sistemik' yang tidak mengakui kredensial pekerjaan mereka saat menghadapi diskriminasi saat mereka memulai dari awal.
"Perempuan tanpa status yang menghadapi kekerasan, misalnya dapat menghadapi risiko kehilangan pekerjaan atau menghadapi penggusuran. Mereka sudah rentan. Mereka dalam situasi yang sulit. Mereka tidak perlu diadili. Mereka perlu dibantu. Dan mereka harus dapat mengakses layanan dan sumber daya secara adil seperti yang dapat dilakukan orang lain."
Youssef mengatakan, membuka lokasi di Hamilton yang memiliki populasi pendatang baru yang terus bertambah akan membantu mengurangi hambatan bagi perempuan imigran untuk melarikan diri dari kekerasan, memungkinkan mereka untuk merasa akrab dan aman di lingkungan dengan orang-orang yang berbicara dalam bahasa yang sama dan memahami latar belakang budaya mereka tanpa penilaian.
"Mungkin ada stigma, kesalahpahaman yang lebih tinggi mengenai wanita Muslik yang meninggalkan pasangan yang kasar," ujarnya.