REPUBLIKA.CO.ID, Ai Imas Masitoh (38 tahun) baru kehilangan anaknya yang masih berusia 11 bulan. Anak ketiganya itu meninggal dunia akibat gangguan ginjal akut pada Sabtu (29/10/2022), saat menjalani perawatan di RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Ai mengisahkan, anaknya mengalami demam sejak pekan lalu. Lantaran demam yang dialami anaknya tak kunjung membaik, perempuan itu membawa anaknya ke Puskesmas Cipedes untuk berobat pada Rabu (26/10/2022). Sepulang dari puskesmas, dia diberikan obat jenis puyer dan sirop.
"Pas sakit dikasih obat, puyer sama sirop. Itu dari puskesmas," kata dia saat didatangi Republika ke tempat tinggalnya di Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Selasa (1/11/2022).
Obat yang diterimanya itu lantas diberikan kepada anaknya yang belum genap berusia satu tahun. Namun, kondisi demam anaknya tak kunjung membaik.
Menurut Imas, ketika itu juga anaknya juga mengalami diare. Selain itu, anak ketiganya juga seperti kesulitan untuk buang air kecil. "Pipisnya saalit (sedikit)," ujar dia.
Pada Jumat (28/10/2022), Imas akhirnya kembali membawa anaknya ke Puskesmas Cipedes. Namun, pihak puskesmas langsung merujuk anaknya ke RSUD dr Seokardjo.
Ketika sampai di RSUD dr Soekardjo, pihak dokter menyarankan pasien untuk dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Imas bersama suaminya berunding terlebih dahulu sebelum memutuskan pilihan untuk merujuk anaknya ke Bandung. Namun, sebelum dirujuk anaknya mengembuskan napas terakhir di RSUD dr Soekardjo pada Sabtu (29/10/2022) pagi.
Raut wajah Imas masih menyimpan kesedihan itu. Dia seolah masih belum percaya anak ketiganya telah tiada. Padahal, anak ketiganya itu akan berulang tahun yang pertama pada Rabu (2/11/2022).
Kini, Imas bersama suaminya hanya tinggal memiliki dua anak. Anak pertama berusia 12 tahun dan anak kedua berusia 5 tahun.
Salah seorang warga sekitar, Heni (38), mengatakan, kondisi keluarga Imas hidup dalam kondisi pas-pasan. Anak ketiga Imas juga disebut lebih sering menangis, alih-alih ceria seperti balita pada umumnya.
Menurut Heni, anak ketiga Imas terlihat demam sejak awal pekan lalu. Sejumlah tetangga akhirnya menyarankan Imas untuk membawa anaknya ke puskesmas untuk berobat.
"Saya dari Selasa saranin bawa ke bidan. Kalau sakit soalnya hanya didiamkan saja," kata dia.
Dia menjelaskan, anak ketiga Imas itu terlihat lebih kecil dibandingkan anak pada umumnya. Kondisi itu dinilai sudah terjadi sejak lahir. "Memang secara ekonomi sangat kurang," kata Heni.
Berdasarkan pantauan Republika, Imas bersama suami dan anak-anaknya tinggal di satu petak rumah rumah kontrakan. Luas ruangan itu hanya sekitar 3x3 meter.
Imas mengatakan, ruangan itu biasa digunakan sebagai tempat tidur dan dapur. Sebab, tak ada ruang lain di rumah kontrakannya. "Semua di sini," kata dia.
Bukan karena obat
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, mengatakan, berdasarkan hasil pembahasan dengan dokter penanggung jawab pasien, pasien termasuk probable mengalami gangguan ginjal akut. Dari hasil pembahasan itu, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya langsung melakukan penelusuran ke puskesmas dan rumah pasien untuk memastikan riwayat pasien serta penggunaan obat.
Uus memastikan, semua obat yang diberikan yang diberikan kepada pasien tidak ada yang di luar ketentuan. Artinya, obat itu termasuk dalam 133 obat yang boleh diberikan Kementerian Kesehatan.
"Ternyata dari obat aman. Berarti tidak harus selalu penyebabnya obat. Kami masih melakukan penelusuran untuk memastikan, masih harus penelitian lebih jauh," kata dia, Senin.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr Soekardjo, Titie Purwaningsari, mengatakan, pasien itu masuk ke rumah sakit datang pada Jumat pekan lalu. Ketika itu, RSUD dr Soekardjo menyarankan agar pasien dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
"Ketika itu mungkin keluarga berunding dulu. Akhirnya keluarga bersedia anak itu dirujuk, tapi akhirnya meninggal dunia," kata dia, Senin.
Pasien yang merupakan warga Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Padahal, pasien akan dirujuk ke RSHS pada pagi itu.
Titie mengatakan, ketika masuk rumah sakit, kondisi ureum kreatinin ginjal pasien sudah jauh di atas normal. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat stunting.
Dia menambahkan, ibu pasien juga memiliki riwayat kekurangan energi kronis (KEK) sejak hamil pasien. Anak itu juga dilaporkan lahir secara caesar dengan berat badan 2,6 kilogram.
"Kami terima itu sudah di IGD. Bayi bergejala sesak napas sudah empat hari, pilek, dan kesadaran menurun," kata dia.