REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Miliarder Rusia Oleg Tinkov telah memutuskan untuk melepaskan kewarganegaraannya karena perang di Ukraina. Tinkov mengkitisi invasi Rusia ke Ukraina, karena telah merugikan warga sipil yang tidak bersalah.
“Saya telah mengambil keputusan untuk keluar dari kewarganegaraan Rusia. Saya tidak bisa dan tidak akan dikaitkan dengan negara fasis, yang memulai perang dengan tetangga mereka yang damai dan membunuh orang tak bersalah setiap hari," tulis Tinkov di Instagram, Senin (31/10/2022).
Tinkov berharap pangusaha Rusia terkemuka lain juga mengikuti jejaknya sehingga melemahkan rezim Presiden Vladimir Putin dan ekonomi negara. Tinkov telah tinggal di luar Rusia dalam beberapa tahun terakhir.
“Saya berharap lebih banyak pengusaha Rusia terkemuka akan mengikuti saya, sehingga melemahkan rezim (Presiden Vladimir) Putin dan ekonominya, dan akhirnya membuatnya kalah,” kata Tinkov.
Tinkov yang merupakan taipan perbankan itu membagikan foto sertifikat yang mengonfirmasi bahwa kewarganegaraannya telah dicabut. Tinkov mengaku membenci Rusia di bawah pemerintahan Putin. Dia mendukung orang-orang Rusia yang menentang perang.
“Saya benci Rusia (di bawah) Putin, tapi saya suka semua orang Rusia yang jelas-jelas menentang perang gila ini," kata Tinkov, dilaporkan Aljazirah, Selasa (1/11/2022).
Tinkov adalah pendiri Tinkoff Bank, yang merupakan salah satu pemberi pinjaman terbesar di Rusia dengan sekitar 20 juta pelanggan. Dia juga memiliki sekitar 35 persen saham di TCS Group Holding yang berbasis di Siprus.
Pada April, Tinkov telah mengklaim bahwa 90 persen dari warga Rusia menentang keputusan Putin untuk menyerang Ukraina pada akhir Februari dan meminta para pemimpin Barat untuk membantu mengakhiri "pembantaian" itu. Tinkov telah menjadi sasaran Inggris untuk mendapatkan sanksi yang berlaku setelah konflik dimulai.
Tinkov sebelumnya ditangkap di London pada 2020 atas tuduhan penggelapan pajak di Amerika Serikat. Dia kemudian dibebaskan dengan jaminan dan dirawat karena leukemia di London. Dia berhenti sebagai CEO Tinkoff pada 2020 dan bank telah menjauhkan diri dari kritik kerasnya terhadap invasi Rusia di Ukraina.