REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Gubernur bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA), Philip Lowe mengatakan menaikan suku bunga tampaknya masih perlu dilakukan untuk menahan laju inflasi. Ia menambahkan bank sentral siap mempercepat atau menunda kenaikan suku bunga bila saatnya diperlukan.
Dalam pidatonya di Tasmania, Lowe mengatakan dewan pembuat kebijakan menyadari suku bunga naik dengan cepat dalam waktu yang singkat dan ditambah inflasi tinggi untuk menekan pengeluaran rumah tangga.
Pada Selasa (1/11/2022) RBA menaikan suku bunga sebesar 25 poin menjadi 2,85 persen, titik tertingginya dalam sembilan tahun. Mengantar pengetatan ke 275 poin sejak Mei.
Ini penurunan 25 basis poin dari kenaikan bulan Oktober setelah empat kali kenaikan setengah poin. Bank sentral negara kaya pertama yang memperlambat kecepatan kenaikan suku bunga.
Lowe menekankan langkah hati-hati dalam menaikan suku bunga berdasarkan prediksi atau outlook yang mempertimbangkan perang Ukraina-Rusia, lonjakan biaya hidup dan dunia ekonomi yang lebih terpecah belah.
Sehingga RBA harus berhati-hati dalam melangkah agar bisa tetap menahan inflasi tapi tetap tidak membawa ekonomi ke resesi. RBA sudah memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi Australia tahun depan mengingat semakin memburuknya kondisi ekonomi dunia dan menekan keuangan rumah tangga.
"Bila kami tetap bertahan di jalur sempit itu, kami harus mencapai keseimbangan antara melakukan terlalu banyak dan terlalu sedikit," kata Lowe.
Inflasi diperkirakan akan mencapai puncaknya dengan angka sekitar 8 persen pada kuartal ini. Ia mengatakan menaikan suku bunga masih diperlukan, meski dewan RBA tidak berada di jalur yang sudah ditentukan sebelumnya.
"Bila kami harus melangkah untuk menaikan lebih banyak lagi untuk mengamankan inflasi mencapai targetnya, kami akan melakukannya,. situasi yang serupa mengharuskan untuk tetap stabil sementara waktu, kami akan melakukannya.
Pasar berasumsi RBA akan kembali menaikan suku bunga 25 poin pada bulan Desember mendatang. Angkanya akan mencapai puncaknya pada 4.0 persen pada tahun depan.
Lowe menambahkan konsekuensi tidak menaikan suku bunga dan membiarkan "momok" inflasi mengakar terlalu mahal untuk ditanggung.
"Bila ini terjadi, inflasi yang jahat akan bersama kami untuk waktu yang lebih lama dan hingga akhirnya perlu kenaikan suku bunga yang lebih besar untuk menurunkannya," katanya.