REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- G20 Religion Forum (R20) Summit, kelompok keterlibatan resmi pertama tentang agama dalam sejarah G20, mengumumkan peluncuran forum bertajuk "Membangun Jembatan Antara Timur dan Barat: Untuk Dunia yang Lebih Memahami dan Damai serta Komunitas yang Lebih Hidup Berdampingan dan Harmonis."
Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Mohammed Al-Issa mengatakan forum tersebut adalah bagian dari kelompok lintas agama yang baru-baru ini diadopsi oleh kepresidenan G20 sebagai bagian dari kegiatan kelompok yang dibentuk oleh 20 ekonomi terbesar dunia.
Forum tersebut, seperti dilansir Asharq Al-Awsat, Selasa (1/11/2022), akan membahas beberapa isu mendesak, termasuk soal minoritas agama, situasi pengungsi, dan isu-isu agama, intelektual, dan budaya yang memecah belah, serta masalah politik yang relevan.
"Forum ini akan menjadi platform terbesar, paling penting dan paling ramah dan profesional antara Timur dan Barat. Ini akan melibatkan partisipasi para pakar senior di bidang agama, intelektual, sosial dan politik, yaitu partai politik dan komite parlemen yang menangani urusan kemanusiaan dan sosial," kata Al-Issa.
Sesuai dengan tujuan forum, R20 Summit diharapkan dapat mengeluarkan keputusan tentang pembentukan pimpinan saintifik di universitas-universitas di Timur dan Barat, di samping mekanisme yang memastikan komunikasi positif di antara mereka.
Beberapa akademisi, institusi, pusat penelitian dan supervisi, serta orientalis juga akan berpartisipasi dalam acara tersebut melalui presentasi penelitian, kajian, dan laporan.
Forum tersebut akan mencakup partisipasi akademisi senior dari Universitas Harvard, termasuk rekan-rekan mendiang Samuel Huntington, penulis tesis berjudul "Clash of Civilizations". Tesis ini menyebabkan kontroversi luas sebagai akibat dari argumennya bahwa perang di masa depan akan terjadi bukan antar negara, tetapi berdasarkan identitas budaya dan agama.
Al-Issa diketahui menerima Penghargaan Pembangun Jembatan Norwegia pada 2021, Penghargaan Perdamaian Agama Dunia dari Sri Lanka pada tahun 2019, dan Penghargaan Internasional Galileo Italia pada tahun 2018 atas upayanya dalam mempromosikan kerukunan beragama dan budaya di seluruh dunia.