REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Muhammad Iriawan atau yang akrab disapa Iwan Bule akhirnya bersedia mengikuti desakan untuk melakukan Kongres Luar Biasa (KLB).
Iwan Bule mengaku hal itu dilakukan karena tidak ingin timbul keretakan di bawah. Ibul menghindari perpecahan.
"Selain itu, saya juga tidak ingin ratusan ribu orang yang terlibat dalam sepakbola, tersandera," ujarnya, Selasa (1/11/2022).
Selain pemain, pelatih, ofisial dan penonton, dalam lingkup kompetisi pergerakan keekonomian demikian dahsyat. Jika kompetisi terhenti, maka pengangguran akan bertambah.
"Terbayang betapa para tukang parkir, tukang asongan, pengemudi ojek, angkutan kota, serta tukang-tukang lainnya akan kehilangan mata pencaharian," kata dia.
Iwan Bule menegaskan, tidak sedikit pun dia ingin mempertahankan kedudukannya. Karena tidak ada yang abadi. "Jangankan jabatan, nyawa pun tak bisa dipertahankan. Jika waktunya telah tiba, siapa pun akan dijemput kematian. Sungguh ini menjadi satu pengalaman yang tak akan pernah bisa saya tanggalkan," kata dia.
PSSI sendiri sudah mengirimkan surat permohonan KLB ke FIFA. Dalam surat itu disebutkan surat resmi permintaan KLB baru dua, tapi tekanan untuk KLB dari banyak pihak begitu besar. Dan disebutkan pula, tekanan untuk KLB disebabkan oleh salah satu butir keputusan tim TGIPF bentukan pemerintah.
Sebagai anggota FIFA, PSSI bermohon agar induk federasi sepakbola dunia itu mengizinkan terselenggaranya KLB.
Dilansir dari Antara, Ketua Tim Penyusun Statuta PSSI, Dali Tahir menambahkan, keputusan itu diambil setelah rapat Exco di kantor PSSI pada Jumat (28/10) malam. Meski secara resmi hanya dua klub yang bersurat ke PSSI, yakni Persis Solo dan Persebaya, Ibul memastikan pihaknya siap melakukan KLB.
Dali Taher menilai 'model' desakan yang mirip seperti ini bukan pertama kali.
“Ali Sadikin, dikudeta. Lalu, Nurdin Halid didemo, tidak tanggung-tanggung 11 bulan, 2010-2011. Demo yang jelas-jelas dikoordinir, ujar Dali.
“Saya tidak ingin menuding saat ini sama dengan 2010-2011. Tapi, sebagai orang tua yang selama 40 tahun berkecimpung di sepakbola dalam negeri dan luar negeri, hanya mengingatkan PSSI pernah mengalami hal seperti itu,” kata Dali.