Siaga Bencana, Puluhan Sekolah di DIY Jadi SPAB
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah siswa melindungi kepala mereka menggunakan tas saat simulasi kesiapsiagaan kebencanaan gempa bumi di SMA (ilustrasi). | Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Puluhan sekolah di DIY dijadikan sebagai Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). SPAB dibentuk guna menyiapkan SDM dalam meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan, dan penanganan bencana.
Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X mengatakan, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana, termasuk DIY. Tidak hanya bencana alam, namun DIY juga memiliki potensi bencana non alam ini maupun bencana sosial.
Potensi-potensi bencana tersebut yang melatarbelakangi perlu disiapkannya SDM untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan bencana. Penyiapan SDM tersebut dilakukan dengan dimulai dari sekolah.
Setidaknya, ada 55 sekolah/madrasah di DIY yang diresmikan menjadi SPAB rintisan 2020-2022, Rabu (2/11) ini. Melalui SPAB ini, dibentuk tim siaga bencana di sekolah-sekolah.
"Selamat bertugas kepada tim siaga bencana yang hari ini dikukuhkan. Jalankan tugas dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab," kata Paku Alam X saat peresmian SPAB di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Rabu (2/11/2022).
Paku Alam X menyebut, tim siaga bencana di sekolah maupun madrasah merupakan instrumen yang harus ada dalam penerapan SPAB, dalam rangka mewujudkan sekolah yang tangguh dan aman bencana. Tim tersebut juga telah mendapatkan pelatihan terkait pengurangan risiko bencana.
"Tim ini bertugas menyebarluaskan praktik budaya sadar bencana di sekolah melalui kesiapsiagaan pada saat sebelum dan setelah terjadi bencana," ujar Paku Alam X.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi mengatakan, merujuk pada data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRB) 2020, tidak ada kabupaten/kota yang berisiko ancaman bencana rendah di DIY. Dibentuknya puluhan sekolah menjadi SPAB ini menjadi bagian penting dalam meningkatkan mitigasi bencana di DIY.
"Kabupaten/kota di DIY menjadi dominan memiliki ancaman bencana dengan resiko tinggi dan sedang. Terutama ancaman gempa bumi, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang ekstrim atau abrasi, kebakaran hutan dan lahan cuaca ekstrem, dan tsunami,” kata Prasinta.
Ia pun mengajak agar peresmian SPAB itu menjadi momentum untuk memulai aksi tindakan dan kerja sama antara pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat dalam mengurangi risiko bencana. Aksi tersebut, katanya, harus terus berkesinambungan dan berkelanjutan untuk membangun bangsa yang tangguh bencana.
Prasinta juga berharap SPAB ini dapat diadopsi oleh daerah lain di Indonesia. Dengan begitu, katanya, akan semakin banyak yang terlibat dan upaya mitigasi bencana pun dapat signifikan.
"Semakin banyak yang terlibat aktif, semakin signifikan pula upaya mitigasi bencana yang dilakukan untuk melindungi generasi penerus bangsa dari ancaman bencana," ujarnya.