REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Tentara Polandia mulai memasang kawat berduri di sepanjang perbatasan Polandia dengan eksklave Rusia, Kaliningrad pada Rabu (2/11/2022). Pemasangan kawat berduri dilakukan setelah pemerintah memerintahkan pembangunan penghalang untuk mencegah krisis migrasi akibat invasi Rusia di Ukraina.
Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Blaszczak mengatakan, belum lama ini otoritas penerbangan Rusia memutuskan untuk meluncurkan penerbangan dari Timur Tengah dan Afrika Utara ke Kaliningrad. Hal ini membuat Polandia memutuskan untuk mengambil langkah-langkah yang akan memperkuat keamanan, salah satunya dengan pemasangan pembatas di perbatasan.
Blaszczak mengatakan, perbatasan perlu disegel agar Polandia merasa aman. Dia telah mengizinkan pembangunan penghalang sementara di perbatasan sepanjang 210 kilometer (130 mil).
Menurut Blaszczak, penghalang itu akan dibuat dari tiga baris kawat berduri dengan tinggi 2,5 meter dan lebar tiga meter. Penghalang ini dibangun dengan sistem pemantauan elektronik dan kamera.
Juru bicara Penjaga Perbatasan setempat, Miroslawa Aleksandrowicz, mengatakan, tentara mulai memasang kawat berduri di desa Wisztyniec, Polandia. Wisztyniec adalah sebuah desa yang terletak di antara perbatasan Polandia, Rusia dan Lithuania.
“Penghalang di beberapa tempat akan dibangun dalam waktu yang bersamaan,” kata Aleksandrowicz.
Aleksandrowicz mengatakan, tidak ada upaya yang terdeteksi terkait penyeberangan ilegal dari Kaliningrad ke Polandia pada Oktober. Juru bicara Penjaga Perbatasan lainnya, Konrad Szwed, mengatakan, hingga saat ini, tidak ada penghalang di sepanjang perbatasan, hanya ada patroli yang dilakukan oleh penjaga perbatasan.
Perbatasan Polandia dengan Belarus menjadi lokasi krisis migrasi besar tahun lalu. Sebagian besar orang menyeberang secara ilegal. Polandia mendirikan dinding baja di perbatasan dengan Belarus yang dijadwalkan rampung pada Juni.
Polandia dan para pemimpin Uni Eropa lainnya menuduh pemerintah Belarusia, yang bersekutu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, mendalangi migrasi untuk menciptakan kekacauan dan perpecahan di dalam blok 27 negara itu. Sebelumnya kepala eksekutif bandara Khrabrovo di Kaliningrad, Alexander Korytnyi, mengatakan kepada kantor berita Rusia Interfax, pihaknya akan berusaha untuk menarik maskapai penerbangan dari negara-negara di Teluk Persia dan Asia, termasuk Uni Emirat Arab dan Qatar.