REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin telah memutuskan untuk melanjutkan keterlibatan atau partisipasi negaranya dalam kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI). Akhir pekan lalu Moskow menangguhkan implementasi BSGI setelah armada angkatan laut dan infrastruktur militernya di Sevastopol diserang pesawat nirawak (drone) Ukraina.
Putin mengatakan, Ukraina telah memberikan jaminan kepada negaranya bahwa mereka tidak akan menggunakan koridor gandum untuk tujuan militer. “Saya telah memberikan instruksi kepada Kementerian Pertahanan untuk melanjutkan partisipasi penuh kami dalam upaya ini. Pada saat yang sama, Rusia berhak untuk menarik diri dari perjanjian ini (BSGI), jika jaminan ini dilanggar Ukraina,” ujar Putin, Rabu (2/11/2022), dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.
Putin kembali mengingatkan bahwa BSGI dibentuk untuk mempermudah dan memperlancar pengiriman komoditas biji-bijian dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam. Dengan demikian, kerawanan pangan global akibat tersekatnya rantai pasokan dapat dihindari.
“Sayangnya Ukraina menggunakan koridor kemanusiaan ini untuk mencoba menyerang Armada Laut Hitam Rusia. Untuk alasan ini, kami memutuskan untuk menangguhkan partisipasi kami dalam konvoi biji-bijian ini," kata Putin menjelaskan keputusan penangguhan implementasi BSGI yang diambil negaranya akhir pekan lalu.
Oleh sebab itu, Putin telah meminta jaminan Ukraina agar serangan semacam itu tak terulang kembali di masa depan. "Kementerian Pertahanan (Rusia) telah menerima informasi dari pihak Turki bahwa Ukraina sudah memberikan janji seperti itu; koridor kemanusiaan ini tidak akan digunakan untuk tujuan militer," ucap Putin.
Turki, lewat keterlibatan langsung Presiden Recep Tayyip Erdogan, memang kembali mengambil peran sebagai mediator antara Rusia dan Ukraina untuk menyelesaikan isu keberlangsungan BSGI. Pada Sabtu (29/10/2022) pekan lalu, Rusia mengumumkan bahwa mereka menangguhkan penerapan BSGI. Penangguhan dilakukan setelah sejumlah kapal dan infrastruktur militer mereka di Sevastopol diserang pesawat nirawak (drone) Ukraina.
Pada 22 Juli lalu, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan koridor gandum di Istanbul. Perjanjian itu ditekan di bawah pengawasan PBB dan Turki. Dengan perjanjian tersebut, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan mereka di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu.
Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena jalur pengiriman dan pelabuhan-pelabuhan mereka berada di bawah kontrol Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat. Hal itu sempat memicu kekhawatiran bahwa dunia bakal menghadapi krisis pangan.