REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei LSI Denny JA mengungkap elektabilitas Partai Golkar yang berada di angka 14,5 persen dipengaruhi oleh kepuasan publik terhadap penanganan pandemi Covid-19. Peneliti senior dari Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN), Firman Noor, mengungkapkan hasil survei LSI Denny JA tersebut bisa saja menjadi argumentasi Partai Golkar untuk makin percaya diri mengusung Ketum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres).
"Sumber kepercayaan diri Golkar, saya kira, bisa saja hasil survei itu dijadikan argumentasi," kata Firman dalam keterangan, Rabu (2/11/2022).
Menurutnya pengusungan Airlangga lebih terkait pada komitmen Golkar untuk mengusung sosok Airlangga sebagai capres. Sebab Partai Golkar sedari awal telah berkomitmen mengusung ketua umum partai Golkar tersebut jadi capres.
"Ini semua perangkat Golkar, SDM, dan kader sedang diarahkan untuk mendongkrak suara Airlangga dengan berbagai macam cara," ujarnya.
Firman juga menekankan elektabilitas partai tidak bisa langsung dikonversi menjadi elektabilitas calon yang diusung. Begitu pula perolehan suara partai tidak otomatis menjadi suara capres.
"Permasalahannya adalah tidak dengan sendirinya suara di partai bisa dikonversi menjadi suara capres-cawapres. Itu sudah terbukti," tegasnya.
Menurutnya, partai politik patut mempertimbangkan berbagai macam faktor dalam melihat sosok capres yang bakal didukung. Tidak hanya sekedar sebab posisi atau jabatan ketua umum. Partai harus mampu secara komprehensif melihat kandidat.
"Ini tentu saja mengukur akseptabilitas seorang ketum kan tidak bisa hanya disandingkan dengan para ketum yang lain. Memang nanti orientasi pemilih juga tidak melihat posisi ketum saya kira, tapi memang satu popularitas yang dibangun oleh banyak faktor. Jadi ini harus jadi perhatian dari siapa pun yang ingin mengangkat nama ketumnya," ucapnya.
Baca juga : Kejakgung tak Ragu Periksa Airlangga Terkait Kasus Korupsi Impor Garam