Kamis 03 Nov 2022 08:17 WIB

Erdogan Ingin Terus Pertahankan Hubungan dengan Israel

Erdogan ingin mempertahankan hubungan dengan Israel berdasarkan saling pengertian

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Rabu (2/11/2022), ingin mempertahankan hubungan dengan Israel berdasarkan saling pengertian. Dia tidak peduli hasil pemilihan Israel yang baru berlangsung.
Foto: Vyacheslav Prokofyev, Sputnik, Kremlin Pool P
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Rabu (2/11/2022), ingin mempertahankan hubungan dengan Israel berdasarkan saling pengertian. Dia tidak peduli hasil pemilihan Israel yang baru berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Rabu (2/11/2022), ingin mempertahankan hubungan dengan Israel berdasarkan saling pengertian. Dia tidak peduli hasil pemilihan Israel yang baru berlangsung.

"Apa pun hasil pemilu, kami ingin menjaga hubungan dengan Israel secara berkelanjutan, berdasarkan saling menghormati kepekaan dan kepentingan bersama," kata Erdogan.

Baca Juga

Komentar Erdogan dalam sebuah wawancara dengan penyiar Turki ATV muncul di tengah mencairnya hubungan yang telah lama tegang antara Turki dan Israel. Presiden Israel Isaac Herzog mengunjungi Ankara tahun ini dalam kunjungan pertama ke Turki oleh seorang pemimpin Israel sejak 2008.

Hubungan antara kedua negara telah tegang selama lebih dari satu dekade.  Ankara telah mengusir duta besar Tel Aviv menyusul serangan pada 2010 terhadap sebuah kapal bantuan ke Gaza, yang menewaskan sepuluh warganya.

Hubungan diplomatik dipulihkan pada  2016, tetapi dua tahun kemudian Turki menarik diplomatnya dari Israel dan mengusir utusan Israel. Tindakan itu terjadi usai pasukan Israel membunuh sejumlah warga Palestina yang telah mengambil bagian dalam protes di Jalur Gaza.

Ketegangan antara kedua negara ini terjadi dalam masa kepemimpinan  Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pemilihan kelima dalam waktu empat tahun ini tampaknya akan mengembalikan kekuasaannya yang sempat direbut oleh kelompok sayap kiri-modern.

Netanyahu ditetapkan untuk mendapatkan kekuasaan di salah satu koalisi sayap kanan paling kuat dalam sejarah Israel. Kondisi ini menyebabkan kegelisahan di antara warga Palestina dan tetangga Arab yang khawatir hal itu dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Baca juga : Kepada Erdogan, Putin Jelaskan Alasan Rusia Tangguhkan Kesepakatan Gandum

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement