Kamis 03 Nov 2022 09:49 WIB

6 Perusahaan Gandeng PLN untuk Penyediaan 18,46 TWh Energi Bersih

PLN perluas pemanfaatan energi bersih dengan penggunaan sertifikat REC.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB. PT PLN (Persero) terus meluaskan pemanfaatan energi bersih dengan mendorong penggunaan sertifikat Energi Baru Terbarukan (EBT) atau Renewable Energy Certificate (REC). Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, REC PLN kebanjiran pelanggan dari sektor industri.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB. PT PLN (Persero) terus meluaskan pemanfaatan energi bersih dengan mendorong penggunaan sertifikat Energi Baru Terbarukan (EBT) atau Renewable Energy Certificate (REC). Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, REC PLN kebanjiran pelanggan dari sektor industri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) terus meluaskan pemanfaatan energi bersih dengan mendorong penggunaan sertifikat Energi Baru Terbarukan (EBT) atau Renewable Energy Certificate (REC). Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, REC PLN kebanjiran pelanggan dari sektor industri.

Terbaru, PLN bersama enam perusahaan melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli REC dengan total penyediaan setara 18,46 terawatthour (TWh) listrik energi bersih di sela acara The Energy Transition Day di Nusa Dua, Bali pada Selasa (1/11). Keenam perusahaan tersebut yaitu PT Asahimas Chemical, PT Mitra Murni Perkasa, PT Bumi Suksesindo, PT United Tractors Tbk, PT Indokordsa, dan PT Mitra Informatika Gemilang.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengapresiasi kontribusi para pelanggan PLN yang telah mendukung program transisi energi bersih dengan memanfaatkan REC. Hal ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia sebagai tuan rumah Presidensi G20 untuk menekan emisi karbon dunia.

"Kerja sama yang diteken hari ini juga menjadi bukti bahwa semakin banyak perusahaan yang bergerak ke arah industri hijau dengan mencari sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," ucap Darmawan.

Darmawan mengakui, hadirnya layanan REC ini mengikuti perkembangan kebutuhan pelanggannya seiring tuntutan global terhadap penggunaan EBT. Dahulu banyak perusahaan harus membeli sertifikat EBT ke luar negeri. Sehingga dengan REC PLN, Darmawan berharap sektor industri bisa lebih mudah mengakses energi bersih.

"REC merupakan fasilitas layanan yang dapat mendukung para pelanggan dalam menunjang bisnisnya yang berkelanjutan. Dengan ini kita bisa bersama-sama dengan pemerintah untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060," terang Darmawan.

Kemudahan yang PLN hadirkan dalam pemanfaatan REC membuat produk hijau ini semakin diminati pelanggan."Melalui REC, PLN menghadirkan opsi pengadaan untuk pemenuhan target sampai dengan 100 persen penggunaan energi terbarukan. Cara pengadaan atau pembeliannya pun relatif mudah dan cepat," tuturnya.

PLN juga memastikan energi yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT yang diverifikasi oleh sistem tracking internasional, APX TIGRs yang berlokasi di California, Amerika Serikat.

Saat ini pembangkit energi hijau milik PLN yang terdaftar di APX adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas 140 MW, PLTP Lahendong 80 MW dan PLTA Bakaru 130 MW, atau setara 2.500.000 MWh per tahun. Pelanggan yang lokasinya terpisah dari pembangkit energi hijau tersebut dimungkinkan juga menikmati layanan REC.

Presiden Direktur PT Asahimas Chemical, Jun Miyazaki berharap keterlibatan Perseroannya yang bergerak di bidang industri kimia dasar terintegrasi pada program energi terbarukan dapat mendukung program pemerintah untuk melakukan perluasan pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia.

“ASC mendapat kehormatan untuk bekerja sama dengan PLN melalui penandatanganan kontrak pembelian REC sebanyak 18 juta unit (setara dengan 18.000 GWh) dalam periode kurang lebih 15 tahun dengan target pengurangan emisi CO2 sebesar 15 juta ton. Hal ini selaras dengan komitmen net zero emission Indonesia tahun 2060 dan AGC Jepang tahun 2050,” ujar Miyazaki.

Sebelumnya PLN mencatat, hingga September 2022, sebanyak 948.152 Megawatt hour (MWh) energi terbarukan telah diklaim kepemilikannya oleh 233 perusahaan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement