Jumat 04 Nov 2022 01:08 WIB

Pendeta Yahudi Sebut Media Sosial Sebabkan Penyebaran Paham Radikal

Paham radikal sudah ada sejak dulu tapi makin tersebar karena ada media sosial

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Sebuah ilustrasi foto menunjukkan logo aplikasi perpesanan media sosial Signal, Telegram, dan Whatsapp di layar ponsel.
Foto: EPA-EFE/IAN LANGSDON
Sebuah ilustrasi foto menunjukkan logo aplikasi perpesanan media sosial Signal, Telegram, dan Whatsapp di layar ponsel.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG - Rabi Alan Brill, seorang pendeta Yahudi sekaligus profesor Seton Hall University Amerika Serikat, mengatakan paham radikal sesungguhnya sudah ada sejak dahulu. Akan tetapi kini paham radikal mulai tersebar akibat penggunaan media sosial.

"Dari media sosial itu ada beberapa orang yang sebenarnya tidak berkualitas atau kurang cakap, tidak pintar, tapi mereka menggunakan media itu untuk menyebarkan pemahaman radikal," kata Alan dalam konferensi pers di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (3/11/2022).

Baca Juga

Penyebaran paham radikal melalui media sosial itu mengakibatkan banyak orang mengadopsi pemikiran tersebut dan mendukung pemikiran ekstremisme. Menurut Alan, kelompok garis keras sesungguhnya sudah ada sejak dulu. Namun, penyebarannya yang pesat sehingga terjadi peningkatan munculnya kelompok ekstremisme itu disebabkan oleh pengaruh media sosial.

"Jadi, menurut saya, ada faktor yang melatarbelakangi munculnya atau berkembangnya ekstremisme, terutama di wilayah perkotaan," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Alan juga mengisahkan bahwa sebelum abad ke-21, dialog-dialog keagamaan dipenuhi oleh narasi mengenai toleransi modern dan rekonsiliasi. "Sayangnya, pada abad 21, ekstremis dari masa lalu, teks-teks dari buku-buku yang bernuansa ekstremis, mendadak kembali ke permukaan. Tiba-tiba saja orang-orang mulai mempraktikkan itu lagi," katanya.

Oleh karena itu, melalui forum R20 Alan berharap para pemimpin agama dapat membangun hubungan antaragama yang harmonis, baik melalui dialog dalam forum besar maupun dialog dengan antarumat beragama. Forum Agama G20 atau R20 digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama dengan Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) di Nusa Dua, Bali, sejak Rabu (2/11/2022) hingga Kamis (3/11/2022).

Sebanyak 338 partisipan dari 32 negara terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20, yang 124 di antaranya berasal dari luar negeri. Forum tersebut menghadirkan 45 pembicara dari lima benua.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement