Kamis 03 Nov 2022 16:55 WIB

Batasi Pemanasan Global 1,5 Derajat Celsius Jadi Target COP27

Suhu bumi akan meningkat 2,1 hingga 2,9 derajat celsius pada akhir abad ini.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Lahan persawahan yang sudah ditanami padi, Kulonprogo, Yogyakarta, Senin (31/10/2022). Membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius akan menjadi agenda prioritas dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB atau United Nations Climate Change Conference (COP27).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Lahan persawahan yang sudah ditanami padi, Kulonprogo, Yogyakarta, Senin (31/10/2022). Membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius akan menjadi agenda prioritas dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB atau United Nations Climate Change Conference (COP27).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celsius akan menjadi agenda prioritas dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB atau United Nations Climate Change Conference (COP27). Kegiatan itu diagendakan digelar di kota resor Sharm el-Sheikh, Mesir, 6 November mendatang.

Wakil Sekretaris Eksekutif UN Framework Convention on Climate Change, Ovais Sarmad, mengungkapkan, salah satu prioritas utama COP27 adalah memastikan dunia menjaga target pemanasan hingga 1,5 derajat celcius tetap hidup. Menurutnya, hal itu hanya dapat dicapai dengan tindakan mitigasi yang benar.

Baca Juga

"Ada program kerja mitigasi yang sangat rumit yang telah dikembangkan oleh para pihak, oleh negara dan yang sekarang perlu diimplementasikan sepenuhnya. COP27 di Sharm el-Sheikh akan meninjau program itu untuk menyetujui implementasinya,” kata Sarmad dalam wawancara dengan Anadolu Agency, Kamis (3/11/2022).

Menurut Sarmad, prioritas lain dalam COP27 mendatang adalah terkait pengurangan gas rumah kaca, strategi adaptasi terhadap perubahan iklim, dan kerja sama penanganan isu-isu tersebut. Dia menekankan, janji pendanaan iklim sebesar 100 miliar dolar AS dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang perlu dipenuhi.

"Janji-janji itu telah dibuat dan perlu dipenuhi. Kami di PBB berusaha sangat keras untuk menyatukan pihak-pihak terkait guna menemukan sumber daya, dana yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang, untuk benar-benar memenuhi janji itu,” ucap Sarmad.

Dia menilai, dana tersebut sangat penting dalam strategi adaptasi menghadapi perubahan iklim. “Adaptasi adalah bagian yang sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim karena mereka adalah negara-negara yang rentan, negara-negara di selatan global yang terkena dampak sangat parah oleh perubahan iklim,” katanya.

Akhir bulan lalu laporan yang diterbitkan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) mengungkapkan, suhu bumi akan meningkat 2,1 hingga 2,9 derajat celcius pada akhir abad ini. Laporan itu menyebut, upaya negara-negara untuk mengurangi gas rumah kaca belum cukup guna menghindari bencana pemanasan global.

Kesimpulan tentang peningkatan suhu bumi diperoleh UNFCCC setelah menganalisis semua rencana iklim nasional atau dikenal sebagai nationally determined contributions (NDC) yang diajukan sejak 2015. "Kabar baiknya, proyeksi menunjukkan emisi tidak akan meningkat setelah 2030. Kabar buruknya, mereka masih belum menunjukkan tren penurunan cepat yang menurut para ilmuwan diperlukan dekade ini,” kata sekretaris eksekutif perubahan iklim PBB Simon Stiell kepada wartawan, 26 Oktober lalu, dilaporkan Bloomberg.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement