Jumat 04 Nov 2022 06:21 WIB

Cerita Petani Cabai di Pakistan yang Merana Gara-Gara Perubahan Iklim

Cuaca yang mudah berubah menghancurkan cabai yang ditanam.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Cabai (ilustrasi). Cuaca yang mudah berubah menghancurkan cabai yang ditanam. Hal ini berdampak terhadap petani cabai di Pakistan.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Cabai (ilustrasi). Cuaca yang mudah berubah menghancurkan cabai yang ditanam. Hal ini berdampak terhadap petani cabai di Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNRI -- Dekat Kunri, sebuah kota di Pakistan selatan yang dikenal sebagai ibu kota cabai Asia, petani Leman Raj mengaduk-aduk tanaman kering mencari cabai merah. Sebagian besar tanaman itu hancur. Dia masih memiliki harapan ada yang bisa diselamatkan.

"Tanaman saya sangat panas, kemudian hujan mulai turun, dan cuaca berubah total. Sekarang karena hujan deras kami mengalami kerugian besar pada tanaman kami, dan inilah yang terjadi pada cabai," kata pria berusia 40 tahun itu memegang tanaman yang kering dan busuk. 

Baca Juga

"Semua cabai telah membusuk," ujarnya. 

Banjir yang menghancurkan Pakistan pada Agustus dan September, akibat suhu tinggi selama beberapa tahun, telah membuat petani cabai berjuang untuk mengatasinya. Di negara yang sangat bergantung pada pertanian, kondisi iklim yang lebih ekstrem memukul ekonomi pedesaan dengan keras. Para pejabat telah memperkirakan kerusakan akibat banjir lebih dari 40 miliar dolar AS.