Jumat 04 Nov 2022 14:15 WIB

Starlink, Layanan Internet Milik Elon Musk yang Penuh Kontroversi

SpaceX mulai meluncurkan satelit Starlink pada tahun 2019 silam.

Roket SpaceX Falcon 9 lepas landas dari Pad 39A di Kennedy Space Center, di Port Canaveral, Florida, Selasa malam, 9 Agustus 2022. Roket itu membawa 52 satelit Starlink.
Foto: Craig Bailey/Florida Today via AP
Roket SpaceX Falcon 9 lepas landas dari Pad 39A di Kennedy Space Center, di Port Canaveral, Florida, Selasa malam, 9 Agustus 2022. Roket itu membawa 52 satelit Starlink.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan dirgantara SpaceX milik Elon Musk mulai memberikan akses internet gratis kepada Ukraina melalui layanan internet Starlink. Hal ini dilakukan tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Manfaat strategisnya jelas, yakni akses internet untuk rakyat Ukraina dan militer negara tersebut setelah Rusia mengganggu dan memutus koneksi internet sejak memulai invasi.

Baca Juga

Teknologi ini telah berperan penting dalam memandu serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap sejumlah tank dan posisi militer Rusia. Namun, kini nasib akses internet gratis Starlink bagi Ukraina, mulai tidak pasti.

Seminggu setelah pertengkaran cuitan di Twitter dengan Duta Besar Ukraina Andrij Melnyk, Elon Musk mengatakan pada hari Jumat (14/10) bahwa SpaceX tidak akan lagi memberikan layanan Starlink secara gratis kepada warga Ukraina. Bahkan Pentagon dilaporkan telah diminta untuk membayar tagihannya.

Bagaimana cara kerja Starlink?

Program Starlink milik Elon Musk ini mampu memasok layanan internet ke daerah terpencil, di mana infrastruktur telekomunikasi di wilayah tersebut masih sangat sedikit, contohnya seperti di laut, di kawasan pelosok yang jauh dari hiruk-pikuk kota, ataupun wilayah yang dibatasi akses internetnya oleh pemerintah.

Starlink merupakan konstelasi satelit, menyediakan akses layanan internet dengan transportasi data melalui cahaya, hampir mirip dengan kabel serat optik. Transfer data ini difasilitasi melalui jaringan satelit kecil, yang akan berkomunikasi dengan penerima data di Bumi yang telah dirancang untuk itu.

SpaceX memiliki sekitar 3.000 satelit di Orbit Bumi rendah atau low Earth orbit (LEO), yakni wilayah di ruang angkasa dengan ketinggian di bawah 2.000 kilometer dari permukaan Bumi. Satelit-satelit tersebut berbagi orbit dengan teleskop luar angkasa Hubble dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

SpaceX mulai meluncurkan satelit Starlink pada tahun 2019 silam. Perusahaan menyebutkan, mereka berencana untuk memperluas jaringan Starlink hingga 12.000 satelit. Masih ada kemungkinan untuk terus memperluas jaringan hingga 42.000 satelit.

Seperti halnya layanan internet satelit lainnya, diperlukan beberapa komponen, baik di darat maupun di langit, untuk dapat menyediakan akses internet melalui Starlink.

Pertama, untuk menghubungkan perangkat seperti ponsel dan komputer ke satelit terdekat, diperlukan perangkat penerima di darat. Perangkat penerima ini yang secara otonom akan menyelaraskan piringan penerima, yakni alat yang menyerupai parabola TV, dengan satelit yang tersedia. Kemudian, barulah koneksi internet dapat diakses dan digunakan.

sumber : DW
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement