REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan menyebut karakteristik subvarian XBB maupun XBB.1 dengan gejala tidak terlalu berat dibandingkan subvarian Covid-19 sebelumnya. Hal itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Syahril saat menyampaikan perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia, Jumat (4/11/2022).
"Memang karakteristik XBB ini sebagaimana subvarian baru Covid-19 itu selalu tingkat keparahannya tidak seberat sebelumnya," ujar Syahril dalam keterangan persnya secara daring.
Dia mengatakan, subvarian XBB yang dideteksi di Indonesia per Kamis (3/11/2022) kemarin mencapai 12 kasus. Dua orang berasal perjalanan luar negeri dari Singapura dan 10 orang transmisi lokal. "Semuanya tidak ada (gejala) yang berat, isolasi mandiri dan kalau pun dirawat hanya beberapa hari dan sembuh," kata Syahril.
Dia juga mengatakan, kasus subvarian XBB di Indonesia belum membuat peningkatan kasus signifikan seperti di 28 negara lain yang mengalami lonjakan. Syahril menyebut kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia beberapa waktu terakhir ini masih dalam batas yang tidak terlalu signifikan.
Dia mengatakan, kenaikan kasus Covid akibat subvarian baru XBB ini masih lebih rendah dibandingkan kenaikan saat subvarian BA4 maupun BA5. Hingga per 3 November 2022 jumlah konfirmasi kasus secara nasional sebanyak 4.951 orang atau meningkat 78 persen dengan positivity rate 15,98 persen dan 30 provinsi alami peningkatan kasus.
"Kalau kita bandingkan dari yang saya sampaikan ada 28 negara yang sudah melaporkan XBB ya, dan ada yg baru meningkat tetapi juga sebagian besar menurun, mudah-mudahan kita juga begitu, naiknya lambat turunnya cepat," ujarnya.
Sedangkan, angka kematian dari yang sebelumnya di angka per hari 20 perlahan naik ke angka 30an dan per Kamis (3/11/2022) di angka 42 per hari. Peningkatan jumlah kematian ini kembali menyamai angka meninggal karena Covid-19 pada Mei lalu. Namun, kata Syahril jumlah ini juga masih belum terlalu tinggi.
"Angka kematian maupun hospitalisasi masih belum terlalu tinggi di kita sehingga ini menjadi semangat bagi kita semua bahwasanya meski ada varian baru tetapi tingkat kegawatan atau keparahannya tidak berat, jadi yang masuk RS tidak banyak dan yang meninggal pun begitu," ujarnya.
Karena itu, dia mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan protokol kesehatan serta melakukan vaksinasi booster. Saat ini capaian vaksinasi booster masih di angka 27,62 persen dari target Pemerintah sebesar 50 persen. "Memang kalau dilihat bisa dua kali lipat dari sebelumnya tetapi masih di bawah 5.000 atau di bawah subvarian BA4 BA5 yang pernah terjadi di kita. Begitupun angka hospitalisasi dan kematian," ujarnya.
"Tetap kita waspada tetapi juga jangan panik karena varian baru ini tidak sedahsyat tidak seberat dari varian subvarian sebelumnya," kata Syahril.