Jumat 04 Nov 2022 18:04 WIB

Kemenkes: Intoksikasi Jadi Penyebab Terbanyak Kasus Gagal Ginjal Akut

Kemenkes sebut kasus gagal ginjal akut belum tentu hanya karena intoksifikasi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menjelaskan, kasus gangguanh by ginjal akut bisa disebabkan oleh banyak hal, dari infeksi, dehidrasi, pendarahan, hingga intoksifikasi. Namun demikian, penyakit gangguan ginjal akut yang belakangan ini banyak terjadi didominasi karena intoksifikasi atau keracunan.
Foto: Tangkapan Layar Youtube Kemenkes
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menjelaskan, kasus gangguanh by ginjal akut bisa disebabkan oleh banyak hal, dari infeksi, dehidrasi, pendarahan, hingga intoksifikasi. Namun demikian, penyakit gangguan ginjal akut yang belakangan ini banyak terjadi didominasi karena intoksifikasi atau keracunan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menjelaskan, kasus gangguan gagal ginjal akut bisa disebabkan oleh banyak hal, dari infeksi, dehidrasi, pendarahan, hingga intoksifikasi. Namun demikian, penyakit gangguan ginjal akut yang belakangan ini banyak terjadi didominasi karena intoksikasi atau keracunan.

“Setelah kita lakukan penyelidikan tadi, faktor risiko terbanyak penyebab gagal ginjal yang kita teliti ini adalah karena intoksikasi,” kata Syahril saat konferensi pers secara daring, Jumat (4/11/2022).

Syahril menjelaskan, kasus gagal ginjal akut anak ini mulai mengalami peningkatan pada akhir Agustus hingga Oktober. Kementerian Kesehatan bersama IDAI, dan berbagai profesi lainnya pun melakukan penelitian penyebab gangguan ginjal akut ini.

Hasil dari rangkaian penelitian dan pemeriksaan terhadap darah dan urine ditemukan adanya zat-zat etilen glikol dan dietilen glikol. Selain itu, ditemukan adanya kerusakan di ginjal yang disebabkan oleh zat kimia.

“Akhirnya kita menyimpulkan dugaan atau kaitannya penyebab gagal ginjal ini dengan intoksifikasi,” kata Syahril.

Karena itu, Kementerian Kesehatan segera melarang penggunaan obat untuk menekan penambahan kasus dan jumlah kematian. Sedangkan BPOM juga merilis zat-zat apa saja yang masih aman digunakan.

Kendati demikian, Syahril menyampaikan bahwa kasus gagal ginjal akut ini juga bisa terjadi karena penyebab-penyebab lainnya, seperti infeksi bakteri, dan banyak lagi.

“Pertanyaan oleh masyarakat yang awam, ada orang yang tidak minum obat, bisa saja karena dia tidak minum obat tapi karena penyebab yang lain yang saya sebutkan tadi. Mungkin dia infeksi pathogen bakteri. Nah ini tidak dipungkiri,” ungkapnya.

Senada, Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Eniarti menyampaikan, penyebab gagal ginjal akut tidak hanya dari satu faktor saja. Di RSUP Dr Sardjito sendiri telah merawat 12 pasien gagal ginjal akut. Dari 12 pasien tersebut, 6 di antaranya meninggal dan 6 lainnya dinyatakan sembuh.

Eniarti mengatakan, RSUP Dr Sardjito telah melakukan pemeriksaan terhadap 12 pasien tersebut berupa pemeriksaan biopsi ginjal, pemeriksaan panel pathogen dan metagenomik pada 4 pasien dan 3 di antaranya dilakukan pemeriksaan toksikologi darah dan urin.

“Dari hasil yang ada khususnya pertanyaan di Yogjakarta, tentu ini juga belum bisa disimpulkan kalau itu penyebabnya pantogen karena memang yang diperiksa ini baru 3 sampel. Ini kan sangat sedikit sampel yang diperiksa untuk menyatakan satu kesimpulan kalau itu penyebabnya toksikologinya ataukah itu penyebabnya dari pantogennya,” jelas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement