REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) meminta para peserta Piala Dunia 2022 Qatar untuk fokus pada pertandingan sepak bola, bukan malah menarik persoalan ideologi maupun politik. Qatar sebagai tuan rumah menjadi sasaran kritik karena pelanggaran hak asasi manusia (HAM) selama proses pembangunan infrastruktur Piala Dunia 2022.
Qatar terlibat skandal upah buruh murah, kematian pekerja, hingga hukum yang diskriminatif. Sejumlah negara juga telah mengecam pelanggaran HAM yang dilakukan Qatar. Namun FIFA tidak melakukan langkah serius untuk melakukan investigasi.
''Ayo, mari kita fokus pada sepak bola! Kami tahu sepak bola tidak hidup dalam ruang hampa dan kami sama-sama sadar ada banyak tantangan dan kesulitan yang bersifat politik di seluruh dunia. Mohon jangan tarik sepak bola ke masalah pertarungan ideologi atau politik yang sudah ada,'' tulis surat resmi FIFA kepada Skysports, Jumat (4/11/2022).
Surat itu tidak menyebut permintaan Inggris dan Wales serta enam negara Eropa lain untuk mengenakan ban kapten pelangi bertuliskan 'One Love' di Piala Dunia. Selain mengkritisi persoalan pekerja migran, negara Eropa juga sedang berjuang meloloskan permintaan kampanye LGBT dalam Piala Dunia yang digelar di negara Islam tersebut.
''Di FIFA, kami mencoba untuk menghormati semua pendapat dan keyakinan, tanpa memberikan pelajaran moral ke seluruh dunia,'' jelas FIFA.