REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol dan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier pada Jumat (4/11/2022) melakukan pertemuan membahas tentang uji coba rudal Korea Utara (Korut). Keduanya kemudian sepakat untuk bekerja sama secara erat untuk menanggapi ancaman program nuklir dan rudal Korut.
"Kami berbagi keprihatinan serius kami atas provokasi rudal berulang Korut baru-baru ini dan sepakat untuk bekerja sama erat untuk menarik tanggapan bersatu dari komunitas internasional jika Korut melakukan provokasi serius tambahan," kata Yoon seperti dikutip kantor berita Yonhap, Jumat (4/11/2022).
Yoon mengatakan Jerman dapat memberikan banyak pelajaran kepada kedua Korea sebagai negara yang sebelumnya mengalami perpecahan dan reunifikasi. Dirinya dan Steinmeier sepakat untuk memperkuat kerja sama guna memperbaiki situasi hak asasi manusia di Korut.
"Saya berbagi keprihatinan yang diungkapkan presiden tentang Semenanjung Korea," kata Steinmeier melalui seorang penerjemah. Ia juga mencatat bahwa Korut telah menembakkan rudal pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak awal tahun.
"Biarkan saya menjelaskan bahwa kami tidak dapat menerima ketegangan seperti itu. Dan saya percaya tanggung jawab atas situasi ini hanya terletak pada rezim di Pyongyang," kata Presiden Jerman yang melakukan lawatan ke Korsel selama tiga hari.
Steinmeier juga menuduh Korut berulang kali melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dengan uji coba misilnya dan mengancam keamanan internasional. "Kami jelas mengutuk peluncuran rudal balistik ini dan mendesak Korut untuk segera mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB dan segera menyetujui dialog," katanya.
Presiden Jerman menyatakan rasa hormat yang mendalam untuk rencana berani Yoon dalam membantu ekonomi dan politik Korut dengan syarat denuklirisasi. "Saya menyampaikan rasa hormat saya atas upaya untuk melanjutkan diskusi denuklirisasi, dan Jerman akan terus mendukung upaya tersebut di masa depan," katanya.
"Korea Utara sekarang harus, seperti sebelumnya, melakukan upaya menuju denuklirisasi yang tidak dapat diubah, dapat diverifikasi, dan lengkap dan Korea Selatan dan Jerman harus bekerja sama dalam hal itu," ujarnya melanjutkan.
Korut meluncurkan puluhan rudal sepanjang pekan ini saja saat Korsel dan Amerika Serikat menggelar latihan udara gabungan terbesar. Pyongyang menganggap latihan udara sekutu itu bertujuan untuk invasi.
Satu rudal uji coba Korut pada Rabu lalu pertama kalinya mendarat di dekat perairan teritorial Korsel sejak Perang Korea 1950-53. Korut juga diperkirakan akan segera melakukan uji coba nuklir ketujuh.