REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) sepakat memperpanjang latihan udara bersama skala besar hingga Sabtu (5/11/2022). Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Korsel setelah pembicaraan dengan kepada Pentagon.
Sekutu dijadwalkan untuk mengakhiri latihan Vigilant Storm selama lima hari pada Jumat (4/11/2022). Latihan bersama mengerahkan sekitar 240 pesawat, termasuk jet tempur siluman F-35 yang dimobilisasi di sekitar Semenanjung Korea.
Kendati begitu kedua negara memutuskan untuk memperpanjangnya sebagai tanggapan atas penembakan rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara (Korut) pada Kamis (3/11/2022) waktu Seoul. Mengumumkan keputusan di Seoul, Angkatan Udara Korsel tidak menentukan kapan pelatihan akan selesai.
Menteri Pertahanan Korsel Lee Jong-sup mengatakan latihan akan diperpanjang satu hari atas permintaan langsungnya kepada Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Dia menunjukkan sekutu telah mengadakan pelatihan udara gabungan seperti itu setiap tahun.
"Namun, tahun ini skalanya menjadi lebih besar," kata Lee seperti dikutip laman kantor berita Yonhap, Jumat (4/11/2022).
Pemerintahan konservatif Korsel yang dipimpin Yoon Suk-yeol diluncurkan pada Mei dengan janji untuk mendukung aliansi Seoul-Washington melawan ambang batas Pyongyang. Pada Kamis malam, Korut terdeteksi menembakkan tiga rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur sebagai protes terhadap perpanjangan latihan gabungan. Pyongyang menuduh sekutu mendorong keamanan regional ke tahap yang tak terkendali dengan memperluas praktik latihan bersama tersebut.
"Ini adalah pilihan yang sangat berbahaya dan salah," kata Pak Jong-chon, Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa, dalam sebuah pernyataan berbahasa Inggris yang disiarkan oleh Korean Central News Agency (KCNA).
"Keputusan AS dan Korsel yang tidak bertanggung jawab mendorong situasi saat ini yang disebabkan oleh tindakan militer provokatif dari pasukan sekutu ke fase yang tidak terkendali. AS dan Korsel akan mengetahui kesalahan yang tidak dapat dibatalkan dan mengerikan yang mereka buat," tukasnya.
Sebagai tanggapan, Kementerian Unifikasi Korsel dengan keras mengutuk provokasi dan ancaman militer Korut yang terus berulang. "Pemerintah memperjelas bahwa ketegangan untuk saat ini di semenanjung itu disebabkan oleh pengembangan program senjata nuklir dan misilnya yang sembrono," kata wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Lee Hyo-jung.