Sabtu 05 Nov 2022 06:14 WIB

Mengapa Allah SWT Berikan Musibah Meski Dia Seorang Muslim dan Mukmin? 

Musibah dan ujian kerap menimpa umat manusia selama hidup di dunia

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi doa untuk menghadapi musibah. Musibah dan ujian kerap menimpa umat manusia selama hidup di dunia
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi doa untuk menghadapi musibah. Musibah dan ujian kerap menimpa umat manusia selama hidup di dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap Muslim tentu memiliki masalahnya masing-masing. Ada kalanya mengeluh pada masalah atau musibah yang dihadapi itu. 

Tetapi penting untuk diketahui, ternyata ada hikmah yang besar mengapa Allah SWT menimpakan hamba-Nya dengan berbagai jenis masalah atau musibah. 

Baca Juga

Pertama, masalah ditimpakan kepada seorang Muslim adalah untuk menghapus dosa dan segala perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampai duri yang melukainya, kecuali dengannyalah Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya." (HR Bukhari dan Muslim) 

Kedua, musibah atau masalah yang dialami seorang Muslim adalah untuk mengangkat derajat dan membuat dirinya terus memperbanyak amal saleh. Kadar masalah yang dihadapi juga selaras dengan kadar agamanya sehingga mengapa para nabi mengalami masalah yang paling luar biasa besar, karena begitu besarnya keimanan mereka, dan dengan masalah tersebut, mereka diganjar dengan pahala yang luar biasa besar. Rasulullah SAW bersabda: 

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ ( وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ ) دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ

"Manusia yang paling besar cobaannya adalah para nabi kemudian orang-orang serupa, lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (kadar) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun besar. Jika agamanya lemah, ia diuji menurut agamanya. Cobaan akan selalu menimpa seseorang sampai membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi." (HR Tirmidzi, Ad-Darimi, dan Ibnu Majah) 

Para ulama bersepakat bahwa para nabi diberi ujian yang paling besar karena pahala untuk mereka diganjar dua kali lipat. 

Kemuliaan mereka pun bertambah seiring masalah yang dihadapi sehingga sebagai seorang Muslim, seharusnya dapat bersikap sabar dan bersyukur sebagaimana jejak mereka. Dan masalah apapun itu sejatinya bukanlah kekurangan atau adzab.

Ketiga, masalah ditimpakan kepada seorang Muslim yaitu untuk mengidentifikasi apakah mereka termasuk orang beriman atau orang munafik. Masalah tersebut juga untuk membedakan antara orang-orang beriman dan orang-orang munafik. Allah SWT berfirman: 

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

"Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (QS Al Ankabut ayat 3) 

Karena itu, Allah SWT para hamba-Nya untuk membedakan mana mereka yang masuk golongan mukmin sejati dan tidak. Sekaligus untuk membedakan orang-orang yang bersabar dengan yang tidak. 

 

Sumber: islamonline   

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement