REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Seorang pria Taiwan yang secara sukarela berperang di Ukraina telah tewas di medan perang. Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan, pria tersebut diyakini sebagai orang pertama dari pulau itu yang tewas dalam konflik di Ukraina.
Kementerian Luar Negeri mengatakan, seorang komandan lapangan Ukraina telah mengkonfirmasi kematian Tseng Sheng-kuang yang berusia 25 tahun. Tseng bertugas dengan batalion tentara sukarelawan.
Kementerian Luar Negeri tidak mengungkap penyebab kematian Tseng. Namun Kantor Berita Pusat Taiwan (CNA) mengatakan, Tseng terluka selama pertempuran di Luhansk dan meninggal karena kehilangan darah.
"Kami menyampaikan belasungkawa untuk warga negara kami yang mengorbankan hidupnya dalam perang di Ukraina, dan memberikan penghormatan atas semangatnya membantu Ukraina dalam membela kebebasan dan demokrasi," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Taiwan, dilaporkan Alarabiya, Ahad (6/11).
Tseng dianggap sebagai korban pertama Taiwan dalam perang di Ukraina. Kementerian Luar Negeri akan membantu keluarga Tseng mengatur perjalanan ke Ukraina untuk mengidentifikasi jenazah.
CNA mengatakan, Tseng adalah seorang veteran tentara dari minoritas Amis pribumi Taiwan. Istri Tseng mengatakan, suaminya melakukan perjalanan ke Ukraina pada Juni. Mereka terakhir kali berkomunikasi pada tanggal 23 Oktober ketika Tseng mengatakan bahwa dia akan memulai misi lima hari.
Pada Rabu (2/11) istri Tseng kemudian menerima pesan yang dikirim dari ponsel suaminya. Pesan itu ditulis oleh seorang rekan Tseng di medan perang. Pesan itu mengatakan bahwa Tseng telah terluka dalam pertempuran dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Istri Tseng menggambarkan suaminya sebagai pria jujur yang memiliki rasa keadilan kuat.
Menurut media lokal, sekitar 10 warga Taiwan saat ini berperang di Ukraina sebagai tentara sukarela. Sejak invasi Rusia meletus, curahan simpati untuk Ukraina mengalir di seluruh Taiwan. Orang-orang di Taiwan menganggap penderitaan warga Ukraina mempunyai penderitaan yang serupa dengan mereka. Karena Taiwan menghadapi ancaman invasi terus-menerus oleh China.
Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Invasi Rusia telah memperdalam kekhawatiran bahwa Cina mungkin melakukan langkah serupa untuk mencaplok Taiwan.