Ahad 06 Nov 2022 20:10 WIB

Subvarian XBB Diduga Sebabkan Kenaikan Jumlah Perawatan di RS

Karakter subvarian XBB adalah memiliki kemampuan infeksi lebih mudah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Indira Rezkisari
Subvarian XBB sudah terdeteksi di Indonesia dan diduga meningkatkan jumlah kenaikan kasus Covid-19.
Foto: Republika
Subvarian XBB sudah terdeteksi di Indonesia dan diduga meningkatkan jumlah kenaikan kasus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan dr Erlina Burhan mengatakan, patut diduga subvarian Omicron XBB menjadi penyebab kenaikan kasus dalam sepekan terakhir. Bahkan, subvarian Omicron XBB ini juga telah memengaruhi angka rawat inap di RS Persahabatan.

"Iya betul (subvarian XBB), berpengaruh dengan angka rawat inap. Pasien baru mulai berdatangan. Mungkin kami harus menambah kapasitas tempat tidur," kata Erlina kepada Republika dalam pesan singkatnya, Ahad (6/11/2022).

Baca Juga

Erlina yang juga merupakan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 PB IDI menyebut para lansia dan mereka yang belum pernah terkena Covid-19 jadi pihak paling rentan tertular subvarian XBB. Hal ini juga sesuai dengan banyaknya pasien di Singapura adalah mereka yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi Covid-19. Mereka disebut sebagai Covid Naive. Meski demikian, hal ini belum bisa dibuktikan di Indonesia.

"Iya (subvarian XBB) lebih mudah menular. Belum ada bukti bahwa gejala klinisnya lebih berat. Tapi hati-hati untuk lansia," tegas Erlina.

Dikonfirmasi terpisah, Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman mengaminkan subvarian XBB bisa memengaruhi peningkatan perawatan pasien di rumah sakit. Ia pun meminta masyarakat untuk tetap waspada.

"Untuk varian XBB saya lihat potensinya cukup relatif kuat untuk meningkatkan risiko orang masuk RS ya," kata Dicky kepada Republika, Ahad (6/11/2022).

Lebih lanjut Dicky menerangkan, karakter dari subvarian XBB adalah memiliki kemampuan infeksi lebih mudah. Subvarian ini lebih efektif menerobos pertahanan tubuh, meski sudah melakukan booster sekali pun.

Terutama, kata Dicky jika orang yang walau di usia muda sudah terinfeksi berkali-kali. Posisi ini, kata Dicky lebih rawan karena memiliki posisi yang bisa sama dengan orang lanjut usia dan komorbid. "Karena orang yang berkali-kali terinfeksi menurun daya tahan tubuhnya, riset mengatakan seperti itu," jelasnya.

Menurut Dicky, saat ini pemerintah masih terlalu abai dengan mutasi Covid-19 yang masih terus terjadi. Padahal, akses vaksin booster yang masih langka di beberapa daerah.

"Kalau abai (pemerintah) jelas terlihat, dari komunikasi yang terlalu optimis tapi kurang membangun kewaspadaan. Termasuk kurangnya ketersediaan vaksin booster," tegas Dicky.

Padahal cara paling efektif untuk mencegah penularan adalah dengan menerapkan protokol kesehatan. Ia pun mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan, memakai masker, hingga menjaga jarak.

"Pemerintah dapat melakukan deteksi dini dan melakukan upaya-upaya mitigasi lainnya dengan pembatasan, tapi tidak mesti dengan level PPKM, tapi konsisten komitmen penerapannya," ucap Dicky.

Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I, Kolonel Laut Jatmiko Haryono menyampaikan pada Ahad (6/11/2022), pasien Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta sebanyak 33 orang. Jumlah ini mengalami pengurangan sebanyak 9 dari sehari sebelumnya, yakni Sabtu (5/11/2022) sebanyak 42 pasien.

"Untuk keterisian tempat tidur di RSDC Wisma Atlet Kemayoran saat ini terisi 0,87 persen dari total 3.801 kapasitas tempat tidur. Sementara tempat tidur yang sudah kosong atau tidak terpakai lagi sebanyak 3.768 tempat tidur," terangnya.

Jatmiko menambahkan, pada hari ini ada empat pasien yang masuk rawat inap di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Sementara itu, 10 orang dilaporkan telah sembuh dan keluar dari RSDC Wisma Atlet.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement