Senin 07 Nov 2022 09:26 WIB

Parlemen Iran Desak Pengadilan Tindak Tegas Pelaku Kerusuhan

Iran sedang berusaha menekan unjuk rasa terbesar selama bertahun-tahun.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Pada hari Senin, 19 September 2022, foto yang diambil oleh individu yang tidak dipekerjakan oleh Associated Press dan diperoleh AP di luar Iran, sepeda motor polisi dan tempat sampah dibakar saat protes atas kematian Mahsa Amini, 22 -wanita berusia tahun yang telah ditahan oleh polisi moral bangsa, di pusat kota Teheran, Iran. Pertemuan massal spontan hingga demonstrasi yang tersebar terus-menerus telah berlangsung di tempat lain di Iran, ketika protes nasional atas kematian seorang wanita muda dalam tahanan polisi moral memasuki minggu keempat mereka.
Foto: AP Photo
Pada hari Senin, 19 September 2022, foto yang diambil oleh individu yang tidak dipekerjakan oleh Associated Press dan diperoleh AP di luar Iran, sepeda motor polisi dan tempat sampah dibakar saat protes atas kematian Mahsa Amini, 22 -wanita berusia tahun yang telah ditahan oleh polisi moral bangsa, di pusat kota Teheran, Iran. Pertemuan massal spontan hingga demonstrasi yang tersebar terus-menerus telah berlangsung di tempat lain di Iran, ketika protes nasional atas kematian seorang wanita muda dalam tahanan polisi moral memasuki minggu keempat mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Anggota parlemen garis keras Iran mendesak pengadilan untuk menangani dengan tegas para pelaku kerusuhan. Pemerintah Iran sedang berusaha menekan unjuk rasa terbesar selama bertahun-tahun.

"Kami meminta pengadilan untuk menangani secara tegas para pelaku kejahatan ini dan dengan semua orang yang membantu dalam kejahatan dan memprovokasi perusuh," kata 227 anggota parlemen dari 290 kursi pada Ahad (6/11/2022).

Baca Juga

Para pemimpin Iran telah bersumpah akan mengambil tindakan keras terhadap pengunjuk rasa yang digambarkan sebagai perusuh. Mereka menuduh musuh negara itu mengobarkan kerusuhan tersebut.

Demonstrasi anti-pemerintah yang meluas meletus pada September setelah kematian Mahsa Amini. Kantor berita aktivis HRANA mengatakan, 318 pengunjuk rasa telah meninggal dalam kerusuhan pada Sabtu (5/11/2022), termasuk 49 anak di bawah umur. Sedangkan terdapat 38 anggota pasukan keamanan juga menjadi korban.

Media pemerintah mengatakan bulan lalu, bahwa lebih dari 46 pasukan keamanan, termasuk polisi, meninggal dalam serangkaian unjuk rasa yang berakhir ricuh. Pejabat pemerintah belum memberikan perkiraan jumlah kematian yang lebih luas.

Demonstrasi berlanjut di banyak kota dari Teheran ke pusat kota Yazd dan kota utara Rasht pada Ahad. Sebuah video yang diposting di Twitter menunjukkan pengunjuk rasa di Teheran selatan setelah malam tiba meneriakkan "Ulama tersesat".

Mahasiswa di selusin universitas, termasuk di kota utara Rasht dan Amol, mengadakan protes pada Ahad. Mereka meneriakkan "matilah Diktator", merujuk pada otoritas tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Sedangkan di kota Kurdi Marivan, kelompok hak asasi Hengaw mengatakan, pasukan keamanan menembaki kerumunan yang berkumpul setelah pemakaman salah satu pengunjuk rasa Nasrin Ghaderi. Hengaw mengatakan, Ghaderi meninggal dalam keadaan koma pada Sabtu, setelah menderita pukulan keras di kepalanya oleh pasukan keamanan saat berdemonstrasi di Teheran. Seorang jaksa yang dikutip oleh media pemerintah mengatakan, Ghaderi memiliki masalah jantung yang sudah ada sebelumnya dan telah meninggal karena keracunan, tanpa merinci lebih lanjut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement