REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) akan menggelar kembali acara Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) tahun 2022 pada 9-13 November mendatang yang didukung oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Pameran buku yang digelar ke-42 kalinya tahun ini akan dan dilaksanakan secara hibrida di Hall B Jakarta Convention Center dan secara daring di lokapasar Shoppe.
"Pameran akan digelar pada 9-13 November 2022 dan dibuka untuk umum secara gratis mulai pukul 09.00-21.00 WIB," ujar Ketua Panitia IIBF Wahyu Rinanto dalam keterangan persnya di Kantor Kementerian Desa PDTT di Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022).
Wahyu mengatakan IIBF 2022 akan diikuti oleh total 134 peserta dari dalam dan luar negeri dengan target jumlah 25 ribu orang selama lima hari acara berlangsung. Wahyu mengatakan, karena kondisi masih dalam suasana pandemi Covid-19, pengunjung harian dibatasi maksimal lima ribu setiap harinya.
Wahyu mengatakan, pameran IIBF 2022 kali ini lebih spesial karena bersamaan dengan Internasional Publisher Congress ke-33 yang merupakan agenda rutin International Publishers Association (IPA).
"Istimewanya pameran IIBF ini berbarengan acara Asosiasi Penerbit dunia yang bertepatan dengan pameran di IIBF yaitu mengadakan kongres di Jakarta, sehingga pengunjungnya IIBF itu baik lokal maupun internasional karena diadakan dengan kongres asosiasi," ujarnya.
Wahyu mengatakan beragam acara akan digelar dalam penyelenggaraan IIBF 2022 yang mengusung tema Empowering Creative People in a Creative Way ini, antara lain berbagai diskusi, peluncuran buku, jumpa penulis maupun seminar.
Ketua Umum Ikapi Arys Hilman Nugraha mengatakan IIBF ini merupakan ikhtiar untuk meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat. Arys mengatakan, indeks literasi baca masyarakat di Indonesia saat ini berada di negara terbawah yakni urutan 62.
Apalagi, ditambah adanya disrupsi teknologi dan perubahan akibat pandemi Covid-19 membuat situasi perbukuan di Indonesia anjlok.
"Ketika pandemi datang, situasi anjlok. Ini adalah sesuatu yang sejalan dengan (rendahnya) indeks literasi antara lain tingkat melek huruf, tingkat kemampuan bacanya, kedua akses terhadap baca dan pembudayaan membaca," kata Arys.
Karenanya, Ikapi berupaya memastikan ketersediaan buku-buku yang berkualitas tetapi juga terjangkau di masyarakat.
"Ikapi yang posisi hulu untuk membuat buku-buku yang berkualitas, agar Anggota Ikapi juga menyediakan buku bermutu dan murah. Karena setelah melek huruf juga perlu untuk mendukung akses bahan bacaan," ujarnya.
Selain itu, Arys berharap pemeran IIBF yang digelar bersamaan dengan Internasional Publisher Congress ke-33 diharapkan terus meningkatkan gerakan literasi nasional.
"Ini adalah tantangan kita, IIBF bersamaan dengan Internasional Publisher Congress, hadir 60 negara dan ini penting untuk Indonesia," ujarnya.