REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memperingatkan pada hari Ahad (7/11/2022) terhadap lebih banyak potensi serangan Rusia terhadap infrastruktur energi. Sementara itu, Wali Kota Kyiv mendesak penduduk untuk mempertimbangkan bersiap-siap untuk pergi sementara jika ibu kota kehilangan air dan pasokan listrik.
Dalam sambutan malam regulernya, Zelenskiy mengatakan Rusia sedang mengkonsentrasikan kekuatan dan sarana untuk kemungkinan pengulangan serangan massal terhadap infrastruktur. Terutama, infrastruktur energi.
Lebih dari 4,5 juta warga sudah hidup tanpa listrik. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa dukungan untuk Ukraina dapat goyah karena dampak perang terhadap energi dan harga pangan berlanjut hingga musim dingin.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan telah mengadakan pembicaraan yang dirahasiakan dengan para pejabat Rusia yang dirancang untuk menghindari eskalasi lebih lanjut. Ia telah melakukan perjalanan ke Kyiv pada Jumat dan menjanjikan dukungan "tak tergoyahkan dan teguh" Washington untuk Ukraina.
Berita tentang kontak tersebut mengikuti laporan bahwa Washington mendesak Kyiv untuk memberi sinyal keterbukaan untuk pembicaraan dengan Rusia.
Penasihat presiden Mykhailo Podolyak mengatakan sebelumnya di Twitter bahwa Ukraina akan "berdiri" meskipun ada serangan Rusia terhadap infrastruktur energinya. Ini mereka lakukan dengan menyusun pertahanan udara, melindungi infrastruktur, dan mengoptimalkan konsumsi untuk melakukannya.
Negara itu menghadapi proyeksi kekurangan pasokan listrik sebesar 32 persen pada Senin, Sergei Kovalenko, kepala eksekutif YASNO, penyedia energi utama ke ibukota, mengatakan di halaman Facebook-nya. Peringatan itu menyusul pernyataan Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko yang mendesak warga untuk "mempertimbangkan segalanya", termasuk skenario terburuk di mana ibu kota kehilangan listrik dan air.
Warga harus mempertimbangkan "menghabiskan waktu" dengan teman atau keluarga di luar kota, katanya dalam sebuah wawancara televisi pada hari Sabtu. "Tugasnya adalah agar kita mati, membeku, atau membuat kita melarikan diri dari tanah kita sehingga dia bisa memilikinya. Itulah yang ingin dicapai oleh agresor," tambah Klitschko.