REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran pada Agustus 2022 meningkat menjadi 8,42 juta orang dibandingkan pada periode Februari 2022 yang sebanyak 8,40 juta. Hanya saja, jika dibandingkan secara tahunan atau year on year (yoy), angka pengangguran menurun dari periode Agustus 2021 yang sebanyak 9,10 juta orang.
Kepala BPS Margo Yuwono menyebutkan, penduduk usia kerja saat ini berjumlah 209,4 juta orang. Angka itu naik 2,71 juta orang. Dari jumlah tersebut, yang terserap menjadi angkatan kerja sebanyak 143,72 juta orang atau naik 3,57 juta orang. Lalu yang bukan angkatan kerja sebanyak 65,70 juta orang atau turun 0,86 juta orang.
"Tambahan angkatan kerja tidak semua terserap di semua tenaga kerja. Sebagian menjadi pengangguran," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (7/11).
Ia menilai, alasan utama meningkatnya angka pengangguran pada tahun ini karena tidak semua angkatan kerja bisa diserap oleh perusahaan. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4,25 juta orang.
Dirinya menuturkan, saat ini, penduduk yang bekerja sebanyak 135,30 juta orang, naik sebanyak 4,25 juta orang dari Agustus 2021. Lapangan kerja yang mengalami peningkatan terbesar yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sebanyak 1,57 juta orang.
Hanya sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang yang mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,05 juta orang. Sementara, terdapat 4,15 juta orang atau 1,98 persen penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19.
Itu terdiri dari pengangguran karena Covid-19 sebanyak 0,24 juta orang, Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 sebanyak 0,32 juta orang. Sedangkan yang tidak bekerja karena Covid-19 sebanyak 0,11 juta orang dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 sebanyak 3,48 juta orang.
"Kondisi ketenagakerjaan Indonesia semakin membaik seiring menguatnya perekonomian. Hanya daja Dampak Covid-19 terhadap ketenagakerjaan belum sepenuhnya pulih dari sebelum pandemi," tegas Margo.