REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) diharapkan bisa ikut meramaikan tahun penting bagi planetarium di berbagai tempat di dunia pada 2023 mendatang. Tahun depan bakal menandai peringatan 100 tahun berdirinya prototipe kubah planetarium pertama di dunia.
Pada 1923, untuk pertama kalinya proyektor teater bintang menyala dan terproyeksikan ke kubah di Kota Jena, Jerman. Momen itu memukau pengunjung dan sampai hari ini pun keunikan teater bintang planetarium tetap tidak tergantikan oleh teknologi lainnya.
Planetarium menampilkan simulasi langit yang diproyeksikan ke langit-langit gedung berbentuk kubah. Tampilan itu disertai narasi yang kontekstual dan disesuaikan untuk segala umur dan beragam latar sosial budaya. Itu semua menjadikan planetarium sebagai ruang belajar yang fleksibel dan menyenangkan. Baik untuk siswa sekolah, keluarga, atau pengunjung pribadi.
Akademi Jakarta yang merupakan dewan kehormatan seniman/budayawan menyimpan ekspektasi besar agar Planetarium dan Observatorium Jakarta dapat ikut berpartisipasi dalam kemeriahan itu. Terlebih, 2023 juga menjadi peringatan 100 tahun astronomi modern di Indonesia, bersamaan dengan berdirinya Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat.
"Betapa memprihatinkan jika pada 2023 yang menjadi tahun istimewa, Planetarium dan Observatorium Jakarta justru tidak berfungsi," ungkap anggota Akademi Jakarta, Karlina Supelli, pada diskusi publik "Planetarium & Observatorium Jakarta: Garda Depan Pemajuan Kebudayaan via Ilmu", Sabtu (5/11/2022).
Saat ini, Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) masih dalam proses revitalisasi, termasuk juga sebagian besar area di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Teater bintang maupun keempat observatorium POJ tidak berjalan. Salah satu bangunan observatorium justru dihancurkan pada saat revitalisasi dan akses menuju observatorium kedua tertutup tembok.
Menurut pantauan Republika.co.id, teater bintang POJ memang masih ditutup. Para pengunjung yang sudah banyak datang ke TIM mayoritas hanya mengabadikan foto bangunan fisik luar POJ yang kini terkesan kian modern.
Namun, sudah ada sejumlah kegiatan yang digagas oleh Planetarium & Observatorium Jakarta. Salah satunya adalah rangkaian bincang santai serta observasi gerhana bulan total "Piknik Malam Bersama Bloodmoon" pada Selasa (8/11/2022) yang dilaksanakan secara hibrida, yakni gabungan luring dan daring.
Kepala Observatorium Bosscha, Premana Wardayanti Premadi, turut berkomentar mengenai peran penting planetarium bagi khalayak. Perempuan yang merupakan staf pengajar di program studi astronomi di Institut Teknologi Bandung itu mengaitkannya dengan upaya membumikan budaya ilmiah dalam masyarakat.
Premana menyoroti bahwa astronomi bisa menjadi pintu untuk mempelajari bidang sains yang lain, serta belajar cara berpikir rasional. "Astronomi selalu bisa menawarkan itu karena alam semesta terkoneksi. Planetarium adalah fasilitas publik yang akan selalu diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut menjadi sesuatu yang konkret," tuturnya.