REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan mendistribusikan sekitar 7,5 juta dosis vaksin Covid-19 yang didatangkan secara impor untuk memenuhi kebutuhan dosis penguat atau booster masyarakat di seluruh daerah.
"Kami distribusikan sampai saat ini 2,5 juta dosis vaksin Pfizer, sedang didiskusikan dan 5 juta dosis vaksin dari Covax Facility," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha dalam konferensi pers Hari Kesehatan Nasional ke-58 Tahun 2022 di Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Ia mengatakan, pengadaan vaksin impor tersebut ditempuh pemerintah sambil menunggu produksi vaksin dalam negeri yang sekarang sudah mulai dilakukan. Vaksin dalam negeri tersebut adalah Vaksin IndoVac dosis primer dan booster produksi PT Bio Farma, serta Vaksin InaVac dosis primer produksi PT Biotis Pharmaceutical Indonesia. "Harapannya, kami bisa memenuhi kebutuhan vaksinnya di dalam negeri," katanya.
Kunta mengatakan, transisi dari status pandemi ke endemi merupakan proses yang perlu disikapi masyarakat secara bijak dengan patuh pada protokol kesehatan serta menjaga pola hidup yang sehat. "Kita tidak bisa meniadakan varian terbaru Covid-19. Setiap hari kami memonitor situasi dan ada laporan perkembangannya," katanya.
Berdasarkan pembaruan angka kasus harian dari Satgas Penanganan Covid-19 per Senin (7/11), terjadi penambahan infeksi sekitar 3.662 kasus, korban meninggal 22 pasien, sembuh 2.495 pasien. Dengan penambahan tersebut, kasus Covid-19 yang tercatat pasien positif 6.521.292 orang, korban meninggal 158.829 jiwa, pasien sembuh 6.325.415 orang, dan kasus aktif 37.048. "Pengumuman endemi harus tetap mengikuti ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara global," katanya.
Kunta berpesan agar pada masa transisi saat ini masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan dan mengonsumsi makanan yang sehat. "Promotif dan preventif penting untuk tetap sehat. Kalau sakit biayanya mahal, terutama mereka yang komorbid harus persiapkan diri lebih baik lagi," katanya.
Terkait varian terbaru XBB, kata Kunta, dilaporkan masih ada kenaikan, meskipun umumnya pasien bergejala ringan. "Saya sadari vaksin booster masih rendah, perlu terus kita dorong agar masyarakat mau dibooster untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar saat masuk 2023, imunitas tetap tinggi," katanya.